Day-5
Joged – joged di depan kelas dan menghebohkan suatu topik, tidak berpengaruh pada Leo yang sedang sibuk membaca komik. Kecuali satu orang, berlagak sok akrab, yang seenaknya dari belakang melepas handsfree di sebelah kanan, lalu dengan santai orang itu duduk di depannya.
"Mau?"
Siapa lagi kalau bukan Bayu dan dia menawarkan ciki.
Leo sedikit lama membalasnya sambil mengganti halaman. "Tidak."
"Oke."
Bisa dikatakan, Bayu berbeda dari yang lain. Dia hampir sama dengan Happy yang berusaha mendekatinya dan selalu mengajaknya berbicara meski hanya basa – basi.
"Semenjak kedatangan anak baru itu. Akhir – akhir ini lu jadi menonjol ye di kelas."
Leo hanya diam.
"... Gue tau, dari dulu kan lu lebih menonjol di kelas karena ilmu ya, ya– itu sih lu dengan guru. Tapi kali ini beda ... Sebenarnya agak aneh juga sih lu–nya, dan mereka juga gak salah menurut gue. Lu sosok yang dikenal king of the dark dikelas ini tiba – tiba jadi rame karena queen of the light yang entah dari mana asal usulnya lebih nempel sama lu kaya lem UHU. Ya gimana gak rame ... lu mau tau apa yang lebih heboh dari itu?"
Karena memiliki sifat ketidakpedulian, Leo berpura – pura dan menahan keresponannya pada Bayu padahal di sisi itu ada rasa ingin tahu tentang ucapannya.
"Y-yaa bukan berarti gue juga sefrekuensi dengan mereka." Sebelum Bayu melanjutkan, sesekali Bayu menoleh ke depan kelas kemudian dia mencondongkan kepala sedikit lebih dekat dengan Leo. Ada sesuatu yang ingin dikatakannya dengan cara berbisik. "Hati – hati gue bilang. Keberadaan mereka, ada di mana – mana. Kemungkinan– saat itu, salah satu dari mereka bisa jadi melihat lo berduaan sama Happy. Makanya dari situ penyebabnya dan beritanya jadi meledak. Bum! Dari satu mulut ke mulut lain.”
Bayu berhasil membuat Leo mengalihkan keseriusannya.
“Kalau gitu gue cabut ya." Baru mengangkat pantat. Panjang umur orang yang barusan dibicarakan masuk sekolah.
“Pagi!” Sapa Happy ke semua temannya. Wajahnya ceria seperti biasanya.
"Eh paanjang umur serta mulia." Ucap Bayu.
HAPPY's POV
“Happy!!!” Teriak Indy dan mereka semua langsung menyerbuku. "Are you okay?"
Aku mengangguk semangat. "Mm."
"Rencananya pulang sekolah kita mau jenguk lu. Eh ternyata lu sudah sembuh. Setau gue sakit tipes dirawat lama. Kok bisa cepat pulang?" Tanya Irma.
"Dokter bilang, tipes ku tidak terlalu parah, jadi aku minta pulang cepet deh supaya bisa sekolah." Semua percaya kebohonganku.
"Segitu senangnya ya lu sama sekolah." Balas Tasya.
Dengan tatapan serius, Indy memegang kedua pundak ku. "Sudah gue bilang kan. Jangan berteman dengan orang aneh seperti dia. Lihat, lu jadi sakit kan, lu sakit, mana ada dia peduli." Berbicara dengan suara pelan.
Mataku berkedip tiga kali. "Maksudnya?"
"Kemarin gue sempat mampir beli sesuatu di dekat cafe tempat lu makan berdua sama Leo." Balas Molita. "Yah– gue ngelihat lu di sana."
"Lu punya hubungan apa sih sama Leo?” Tanya Tasya nyinyir. “Lu penasaran cowok aneh kaya dia atau lu gak percaya sama kita kita? ... Ha, jangan – jangan lo sama dia—pacaran?”
Ternyata benar, Leo tidak peduli aku sakit dan aku meliriknya. Namun lebih menyedihkan lagi, menjadi kesalahpahaman besar sehingga satu kelas menuduhnya. "Jadi maksud kalian, Leo penyebab aku sakit? Hahahaha kalian bisa aja deh, padahal aku sama dia cuma makan siang di cafe. Aku– aku cuma kecapean aja. Dan suer, aku aku gak pacaran kok sama dia."
Ekspresi mereka tiba – tiba panik dan Tasya menepuk jidat. "Bodohnya."
"Sstt Happy jangan kencang – kencang." Balas Indy. "Enggak gitu. Maksud kita itu. Ya-yaa kalau mau makan, ngapain harus sama dia? Kan bisa ajak kitaaa."
Dengan santai, Bayu datang dan langsung merangkul Indy. Bermaksud ikut campur dalam pembicaraan ini. "Ada gue juga kok di sana." Memasang senyuman lebarnya bak cool boy. "Waktu itu gue sedang ke toilet, makanya kalian gak lihat gue di sana. Iya kan py?" Indy menunjukkan segumpal tangan pada Bayu. Dengan cepat Bayu melepas rangkulannya dan diam.
"Alah, lu kira ini kita sedang acting drama korea, adegan pembelaan teman." Cetus Tasya. "Lu belain Happy, kan?"