HAPPY : Hari ini, esok atau nanti.

Yohanna Claude
Chapter #12

Bertengkar

Sudah berdiri di depan pintu rumah Leo. Alhasil aku tidak punya keberanian untuk mengetuk pintu rumahnya. Ada begitu banyak gangguan dalam pikiranku. "Gimana ya? Gimana kalau Leo menolak aku, gimana kalau Leo mengusir aku nantinya. Setiap hari kan aku selalu mengganggu dia. Pasti dia bilang– merepotkan saja– di mana – mana lu selalu ada– gue kan sakit gara – gara lu. Aduh.. Gimana nih?" Kepala ku rasanya mau meledak. "Atau– aku pura – pura aja ya ke Tante Lia kalau ada kerja kelompok. Pasti Tante Lia terima." Aku mengangguk yakin bahwa keputusan ini tepat demi kebaikan Leo. "Yosh.."

"Ayo masuk.”

Kaget. Loh suara itu.. Perlahan aku menoleh ke belakang, Tante Lia ternyata sudah berdiri di ambang pintu. "Hehe Tante. Tante bisa tau kalau Happy sudah datang?"

"Itu." Tante Lia menunjuk sesuatu di atas.

Pantas. Terpasang CCTV. Bodohnya aku tidak kepikiran soal itu.

"Sebetulnya kamu ingin sekali ketemu Leo kan.. Kalau dari awal gak mau, gak mungkin sekarang berdiri di depan pintu rumah Tante."

Spontan aku menutup mulut. "Tante dengar ya?"

"Hahaha uh lucu banget sih kamu. Yaudah yuk masuk." Apa boleh buat, tidak ada alasan lain untuk menolak.

Kunjungan kali ini. Pertama kali aku melihat rumah Leo. Luasnya sama seperti rumahku. Aesthetic, modern dan suasananya sejuk. Pemandangan ketika masuk disambut dengan foto – foto keluarga di setiap sudutnya.

“Ini pertama kalinya kamu ke rumah Tante ya?”

“Ia Tante.”

“Saat kita bertemu di rumah sakit, sebenarnya ada keinginan Tante mau mengajak kamu dan mami kamu ke rumah, tapi waktu itu rumah Tante sedang dalam renovasi, jadi Tante pikir menunggu semuanya selesai dulu."

“Oh gakpapa kok Tante. Happy paham.” Mataku tidak bisa berhenti melihat foto – foto mereka, terlebih lagi ada foto Leo dengan senyuman yang sama seperti sekarang.

"Ayo duduk." Tawar Tante Lia.

Tidak sopan jika aku menanti tawarannya. Aku pun duduk di sebelahnya.

“Tante jadi ingat, pemberian nama itu. Karena kebiasaan memanggil nama itu, Tante sampai lupa nama asli kamu.”

“Tifanny.”

“Iya ya." Ekspresi Tante Lia terlihat sedih, berbeda dari sebelumnya. "Kalau– teman – teman kamu tau nama asli kamu?”

“Sudah pastinya mereka tau. Tapi teman – teman tetap memanggil aku Happy.”

Tente Lia kembali tersenyum, tapi ada yang salah dengan senyumannya. “Tante suka nama itu. Leo pintar sekali memberi nama itu ke kamu, cocok juga dengan kamunya. Tapi, sayangnya Leo tidak ingat. Bukan hanya ingatannya saja yang bermasalah, sifatnya– jadi lebih tertutup sama Tante.”

Sebagai orang tua, Leo memperlakukan hal yang sama seperti dia memperlakukan aku, Indy dan teman – teman semua. Dan sepertinya Tante Lia tidak tahu kenapa itu bisa terjadi.

“Oh iya, Tante kan menyuruh kamu ke sini untuk temui Leo ya. Keasikan ngobrol tante sampai lupa. Ayo – ayo, biar Tante antar kamu ke kamar Leo. Tapi jangan macem – macem ya."

Dengan cepat aku menyilang tangan. "Tidak akan. Janji."

"Hehehe. Bercanda. Tante juga belum bilang kamu datang. Kalau Tante bilang, kamu tau apa yang akan terjadi?"

Aku menyengir. Pemikiran yang sama denganku.

"Yaudah yuk kita ke kamar Leo. Sepertinya Leo sedang istirahat setelah kemoterapi.” Aku dan Tante Lia beranjak dari sofa dan menuju kamar Leo yang berada di lantai atas.

"Apa tidak mengganggu?"

"Ah enggak, istirahat Leo itu– main game."

"Sepertinya itu sudah tidak asing lagi. Hehe.."

"Betul."

Sesampai depan kamar Leo. Aku dan Tante Lia berpisah sampai di sini. "Kalau perlu bantuan bisa chat Tante ya, atau Tante ada di taman belakang.”

Aku mengangguk. “Siap.”

Lihat selengkapnya