Day-10
Pertengkaran yang terjadi kemarin hari menjadikan keduanya canggung ketika bertemu kontak mata secara tidak sengaja. Ketika Happy baru saja tiba, hampir saja menabrak Leo yang kebetulan berjalan keluar kelas. Keduanya terjadi hanya diam di ambang pintu.
Mengenai apa yang terjadi kemarin. Happy berpikir, mungkin Leo masih marah, sebab melihat wajah datarnya itu seperti kemarahannya kemarin. Justru sebaliknya, di benak Leo, mungkin Happy masih marah padanya karena telah menyakiti hatinya.
Pada akhirnya mereka berdua saling mengalah membuka jalan dengan melangkah mundur secara bersamaan. Teman – teman di kelas melihat tingkah mereka berdua tampak seperti orang bodoh.
Happy berpikir lagi, mungkin maksud Loe, perempuan lebih dulu masuk. Di sisi lain Leo juga berpikir, mungkin Happy memberinya jalan untuk keluar. Dan inilah yang terjadi, keduanya yang ada hanya menghalangi pintu.
"Mereka berdua kenapa sih?"
"Iya gak jelas. Mana yang mau masuk, mana yang mau keluar."
"Laadyyy firsttt....."
Leo akhirnya minggir, memberi Happy masuk, berkat ucapan Tasya.
--ooo--
Sama halnya disaat jam pelajaran. Selama pelajaran berlangsung. Pak Togar menjelaskan materi bahasa Indonesia sambil berjalan ke daerah murid – muridnya. Ketika Pak Togar melewati tempat duduk Leo dan Happy, ia melihat Leo tidak memperhatikan bukunya.
"Leo!" Pak Togar bukan marah, tetapi sengaja mengagetkannya. Satu kelas serempak menoleh padanya. Pak Togar bersuku batak yang memiliki sifat asik, gaul dan selalu penasaran tentang anak muda.
Leo tersadar dari bengongnya. Pertengkaran yang terjadi pada dirinya dengan Happy, membuatnya tidak fokus belajar. "I-iya pak?"
Pak Togar sejenak menatap wajah Leo, yang kebiasaannya itu membaca isi pikiran orang. "Ha... Bapak tau, kau pasti sedang bertengkar dengan seseorang ya..? Tidak mungkin cowok ganteng seperti kau ini galau gara – gara ditolak cewek. Siapa dia? siapa? Ada di kelas ini kah?"
Leo menggeleng lugu.
Atas ucapan Pak Togar, meskipun satu kelas tidak tahu apa yang terjadi pada Happy dan Leo, tetapi mereka bisa menebak kalau seseorang itu adalah Happy, karena bukan sebuah rahasia lagi bagi kelas ini.
"Ah masa.. Apa si anak baru itu?" Pak Togar berbisik tapi masih bisa terdengar ke lain. "Atau... si Irma? Soalnya Irma paling cantik di kelas ini."
"Bapak selalu seperti itu deh... Kepooo aja. Sok tau. Yang ini begitu lah, yang ono begitu lah.. Suka banget baca pikiran orang, tapi kadang benar juga sih..." Balas Irma yang duduknya di depan Leo.
"Hahai bisa aja kau ini." Balas Pak Togar dengan bahagianya.
"Jangan – jangan Bapak dulu pernah belajar supernatural ya? punya indra ke sepuluh ya...?"
"Benar, ada hantu di sampingmu."
Irma langsung panik. Sangking percayanya, ia sempat menoleh. "Ih bapak mah.."
Pak Togar terkekeh dan kembali ke depan kelas. "Itu aja kau takut. Hantu saja takut lihat muka bapak. Yasudah kembali lagi kita ke pelajaran, sampai di mana tadi?"
--ooo--
Walaupun memiliki jiwa ke angkuhan yang terus dipertahankan, Leo jadi lebih sering melirik jam tangannya seperti sedang menunggu seseorang. Seperti yang kita lihat, Happy selalu mengunjungi Leo di perpustakaan, tetapi sudah sepuluh menit melewati jam istirahat kedua, Happy belum kunjung juga datang. Sampai akhirnya jam istirahat selesai.
Harusnya ini bukan yang seharusnya Leo pikirkan. Dari awal, Leo tidak suka orang – orang menganggu atau mendekatinya, karena kehidupan sendirian sudah sangat nyaman baginya. Ternyata karena kedatangan Happy sudah menjadi kebiasaannya dan mengira gadis itu akan tetap datang.
--ooo--
Menurut pemikiran Leo dan apa yang dilihatnya saat menunggu penjemputan di lobi sekolah, memang benar, Happy menjadi semakin menjauh dan terlihat bersenang – senang dengan para sahabatnya.
Satu per satu sahabatnya masuk ke dalam mobil dan pulang. Sekarang dia ditinggal sendirian dan menunggu mobil jemputnya tiba. Tak lama kemudian, mobilnya tiba. Sebelum masuk ke mobil, Happy menyadari kehadiran Leo. Dia pun menoleh ke belakang dan keduanya saling berpandangan. Sayangnya, dengan tidak menyampaikan senyuman. Hanya sebentar, Happy pun masuk ke dalam mobil dan pergi. Sedikit ada rasa penyesalan pada diri Leo karena tidak menyapanya.
--ooo--
HAPPY's POV
Aku mengambil palet ikan dari dalam karung dan menuangkannya ke dalam mangkok. Setelah itu, aku menuju kolam ikan untuk memberi mereka makanan. "Makan yang banyak ya ikan – ikan ku. Jangan berebutan, masih banyak kok. Iya iya sebelah sini, tuh tuh di situ. Eh, eh muncrat."
--ooo--
Sebuah mobil berwarna merah datang ke rumah Happy dan memarkirkannya di halaman depan. Dua orang yang keluar dari mobil tersebut adalah Bu Lia dan Leo. Masih di hari yang sama, sebelum matahari terbenam, mereka berdua menyempatkan diri berkunjung ke rumah Happy.
Tak lama setelah memencet bel rumah berkali – kali. Bu Indah, orang tua Happy yang menyambut mereka dengan gembira. "Bu Lia..." Keduanya saling cipika cipiki pipi. "Mari mari masuk, ayo ayo ayo."
Berbeda dari rumah Leo. Desain rumah Happy disambut dengan warna – warna pastel seperti warna perempuan dan ada satu dinding digambar super keren yang hanya bisa dibuat oleh orang yang profesional. Lukisan itu merupakan Seni Doodle Art, menghasilkan pemandangan ruang tamu terlihat lebih estetic dan enak di pandang.
"Wah rumah kamu keren banget, ini ini gambar ini siapa desainnya? saya juga mau dong.. padahal rumah kita baru di renovasi ya Leo.. Tapi tidak apa – apa.. Setidaknya ada sedikit seni di rumah kita." Bu Lia sangat kagum melihatnya.
"Masa sih sebagus itu.. Padahal saya sempat marahin orangnya loh bu, takut kalau jelek sama saja coret – coret tembok."