Day–11
Aku menunggu Leo di lobi. Melihat mobil – mobil bergilir menuruni anak – anaknya tiba ke sekolah, sampai saat ini Leo belum kunjung kelihatan.
"Itu dia." Leo turun dari mobilnya dan berjalan ke arahku. "Ohayo .. wibu." Wajah garangnya muncul lagi. Dia tidak suka aku menyebutnya nama itu. "Ett. Sudah janji. Harus apa, harus ter.se.yum."
"..."
Kemudian, bersama – sama kami menuju kelas.
--ooo--
"Sebentar." Jarak lima meter dari jarak kelas. Aku berhenti karena ada yang ingin aku tunjukan kepadanya. Sesuatu itu ada di dalam tas ku dan aku mengorek – ngoreknya. "Tara.."
"Apa itu?"
"Ini namanya lip balm. Sebelum berangkat. Kamu tidak berkaca dulu kah?" Otomatis Leo memegang kepala. Seperti yang sudah terjadi, Leo harus menutupi kepalanya yang botak dengan beanie. "Bukan bukan, nih nih coba kamu pake ini deh. Soalnya bibir kamu pucat." Bisikku.
Dengan polosnya, Leo mau menurutiku. Aku kira dia akan menggunakannya sendiri, ternyata dia menganggap, aku yang akan memakainya. Ini pertama kalinya aku merasakan detak jantungku berdetak kencang. Leo menyetarakan tingginya dengan diriku tanpa berkata apa pun dan wajah kami menjadi sedekat ini.
"Su-su-sudah."
Leo mengepak – ngepakan bibir. "Hmm rasanya .. aneh."
Ekspresinya lucu sekali, seperti anak kecil. "Sip, ayo masuk."
Dibalik adegan itu. Nyatanya satu kelas menjadi saksi bisu hubungan antara Happy dan Leo yang mereka intip melalui jendela dan pintu dari dalam kelas secara diam – diam. Melihat hubungan Happy dan Leo yang terkadang aneh atau terkadang terlihat seperti orang pacaran, menjadi sebuah prasangka.
Ketika Happy dan Leo berjalan ke kelas. Dengan gegas, Bayu, Indy dan yang lainnya kembali ke posisi masing – masing sebelum ketahuan. Seakan – akan tidak mengetahui barusan apa yang mereka lihat.
HAPPY's POV
"Pagi semua..."
"Pa– gi teman – teman." Leo menyapa meski wajah datarnya sulit untuk tersenyum.
Seketika kelas menjadi hening. Indy baru saja menggigit roti, refleks mulutnya menganga lebar bahkan roti di tangannya jatuh.
"Bayu bayu sini deh."
Bayu mendekatiku.
"Tos."
Tangannya siap melakukan High Five.
"Bukan aku, tapi Leo."
Di kelas ini memiliki tradisi saling menyapa teman– High Five. Selama ini hanya ada satu siswa yang tidak pernah melakukan hal itu. Bayu tidak begitu yakin apakah Leo bisa melakukannya.
Mari kita buktikan.
Saat dilakukan. Bayu terkesan Leo bisa melakukannya dengan baik.
"Bukan hanya sikapnya yang berubah, dia tau cara high Five yang biasa kita lakukan. Sebenarnya, apa yang Happy lakukan bisa merubahnya jadi seperti ini?" Ucap Indy dalam hati.
"Belajar dari Happy ya lo?" Bayu mengatakannya sampai bangga.
Leo mengangguk kaku.
"Kalian– pacaran? Soalnya tadi–" Hampir saja Tasya mengatakan tentang kejadian di luar kelas tadi.
Sontak Indy menutup mulutnya yang seharusnya pertanyaan itu tidak perlu ditanyakan. "Hahaha gak usah dengerin, beginilah orang kepo. Jadi bikin orang penasaran juga kan. Hehe..."
Tiba – tiba suara ketukan sepatu Bu Lina bergema. Kelas ini seketika menjadi patung di tempat. Bu Lina lewat bagaikan pembunuh jika ada yang bergerak sedikit pun atau menimbulkan suara akan mati. Bahkan ketika Bu Lina sudah menjauh, kelas ini bisa bernafas dengan damai.
--ooo--
Hari ini pelajaran Miss Dora. Mengenai pelajarannya, uji coba percakapan menggunakan bahasa inggris di depan kelas.
Bayu dan Happy maju ke depan, tidak lupa masing – masing dari mereka membawa buku bahasa inggris. Selama mereka saling bercakap, Bayu terus melucu atau tidak serius sehingga membuat Happy tidak bisa menahan tawa.
Miss Dora pun menyuruh mereka berdua duduk dan diganti Indy bersama Leo. Indy tidak percaya harus dengan dia. Tidak ada rasa senang di wajahnya bekerjasama dengan seseorang yang tidak bisa diharapkan lagi. Bisa dikatakan Indy sudah move on darinya. Keduanya pun bergerak maju.
Percakapan dilakukan saling berhadapan. Di hadapan Leo, Indy bersikap biasa. Dulu Leo selalu membuang muka alias tidak pernah menatap lawan bicaranya. Indy pun melakukan hal yang sama. Ia terus menatap buku selama Praktik percakapan dimulai. Namun, siapa sangka, Indy tidak sengaja sempat melirik Leo yang ternyata Leo menatap lawan bicaranya. Seketika Indy tidak fokus, ucapan bahasa inggrisnya menjadi berantakan. "Eh–" Ia pun mencoba bersikap cuek dan santai, kembali fokus pada bukunya, tetap saja–
"Dia tersenyum dong!"
Indy menutup pandangannya dengan menegakkan Buku.
--ooo--
Setelah pelajaran Miss Dora selesai. Kemudian, diganti dengan pelajaran lain. Miss Dora meminta tolong kepada Bayu dan Happy untuk membawa tumpukan buku tulis hasil pekerjaan muridnya. Keduanya pun mengangkut bersama – sama membawanya ke ruang guru.
--ooo--
"Terima kasih ya. Kalian boleh kembali ke kelas." Pinta Miss Dora dengan sangat ramah.
Happy dan Bayu pun permisi dan kembali ke kelas. Di sepanjang koridor. Di kesempatan seperti ini, Bayu akhirnya bisa bicara berduaan dengan Happy setelah sekian lama. "Sudah lama ya kita tidak pernah ngobrol berdua seperti ini."
Happy hanya tersenyum, tidak layaknya seramah dekat dengan Leo.
"Mungkin.. karna waktu itu aku berhenti dan menghindar dari kamu. Dari situ kita tidak pernah berkomunikasi lagi."
"Hehe, sudah lama sekali ya, aku sudah lupa soal itu."
"Karena gue pikir, putusnya komunikasi pengaruh juga putusnya hubungan. Jadi itulah cara terbaik yang gue pilih. Sorry ya kalau gue gak bisa—"
Happy menatap Bayu tajam. "Bayu. Aku tidak mau lagi membahas itu." Kemudian, ekspresinya kembali menjadi lebih lembut. "Oke...?"
Ini pertama kalinya Bayu melihat sisi keseriusan Happy dan mengerti maksud baik dari ucapannya itu. "Kamu memang mantan terbaik." Bayu meletakkan telapak tangan kanannya di atas kepala Happy sambil tersenyum lebar.
--ooo--
Leo menuju kantin bersama – sama dengan and the geng Bayu dan mereka terlihat akrab satu dengan yang lain. Di belakang mereka ada Happy, Indy dan juga yang lain sambil menggosipkan Leo di belakangnya.