HAPPY : Hari ini, esok atau nanti.

Yohanna Claude
Chapter #16

Akhir dari semuanya

Bendera kuning. Telah berkibar di tiang rumah Leo dan di setiap sudut tikungan jalan. Kematiannya dituliskan melalui beberapa karangan bunga yang diberikan oleh orang – orang sebagai tanda belasungkawa. Acara kepergiannya pun dimulai. Jasadnya sudah terbaring di dalam peti dan sedang diberkati oleh seorang pendeta.

Ada banyak orang datang menangis karena kematiannya, terutama teman – teman sekolahnya yang datang dari sekolah, hingga saat ini belum mengetahui penyebab kematian Leo.

Bu Lia menangis dipelukan Ibunya Happy. Kini hidupnya tidak memiliki siapa – siapa lagi. Suami dan anaknya telah meninggal dunia.

Dari semua yang hadir hanya Happy yang tidak ada. Meratapi diri di kamar, duduk di kursi meja belajar, menatap jendela yang terkena rintikan hujan, namun awan tampak cerah dan cahayanya mantul ke jendela.

Tersadar dari termenung, Happy melanjutkan lagi menyelesaikan kreativitas yang sudah lama ia kerjakan, yaitu sebuah gambar bercerita seperti menyerupai Webtoon di tabletnya. Sampai akhirnya tangannya tak mampu lagi melanjutkan.

"Apa aku harus menggambar bagian ini juga? Aku maunya happy ending..." Happy menangis.

Seperti yang kita lihat, Happy memiliki kemampuan yang luar biasa. Dia bisa menggambar doodle art di dinding ruang tamunya pada saat itu. Kini, Happy membuat sebuah gambar bercerita yang ceritanya dimulai hari pertama masuk sekolah. Yap, artinya Happy menggambarkan juga setiap detik bersama Leo, kejadian – kejadian di sekolah maupun di rumah sakit. Tanpa alasan apa pun dan tanpa seorang pun tahu.

"Apa aku boleh mengubah alur cerita ini? Ha? Bolehkan?"

Kesedihan atas kepergian Leo benar – benar melukai perasaannya. Terutama, saat ini karya ceritanya sedang bagian kepergian sahabat kecilnya, dan haruskah cerita ini digambarkan juga?

"Kalau dari awal harapan itu memang ada, di cerita ini aku menggambarkan juga cerita masa kecil kita– jadi dengan cara ini, aku membuat kamu supaya kamu kenal siapa aku. Dua sahabat bertemu kembali, jadilah cerita yang bahagia– dan teman – teman pun tidak perlu membenci aku. Benar, kan?"

Happy menangis dengan keras, karena tidak sanggup menahannya lagi, apa yang dia bayangkan, tidak tercapai dan menjadi akhir yang menyedihkan.

"Bahkan kamu tidak pernah memanggil nama aku."

Kisah Happy selesai. Inilah kisahnya sebelum Leo dipanggil oleh yang Maha Kuasa.

--ooo--

Day-22

HAPPY's POV

"Seperti itu lah ceritanya."

Kembali ke hari Senin. Bel sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu, tapi kami semua masih di kelas berkumpul di tengah – tengah, mendengarkan aku bercerita.

Aku menceritakan apa adanya tentang hubungan aku dengan Leo maupun tentang penyakit Leo, agar hubungan aku dengan teman – teman kembali rukun dan mereka layak untuk mengetahuinya.

"Maaf kalau keberadaan aku membuat kalian semua merasa tidak nyaman. Tapi bukan berarti aku sengaja melakukannya, hanya saja ini permintaan mamanya Leo dan Leo untuk menjaga rahasia ini, karena ini sebuah kepercayaan yang harus aku pegang. Kalau misalnya Leo masih bisa bertahan, sampai dia besar nanti, meskipun kesempatan itu kecil, mungkin tentang penyakitnya tidak perlu diceritakan. Jadi, sekali lagi aku minta maaf."

"Cuma karena alasan penyakitnya itu? tidak mau bersosialisasi sama orang? Mau diceritakan atau tidaknya, itu sama aja dia menyiksa diri, iya kan?"

"Trus soal Leo yang tidak tau kalau lu sahabat kecilnya, gimana?" Tanya Irma. "Sekarang kan dia sudah–" Dengan cepat Molita menyenggol lengannya. "Maaf. Cuma... Gue tau rasanya jadi lu, py. Kita mungkin juga gagal kalau kita bantuin lu." Irma memegang tanganku. Aku mengerti maksud pengertiannya, bahkan teman – teman juga mengangguk bersamaan. Ini memang tidak salah, jika mengingat kembali kenangan saat liburan bersama Leo. Usaha sendiri tidak berhasil menyadarinya.

"Soalnya... Mengenal sifatnya yang membuat kita jadi malas berteman sama dia, kalau pun lu minta bantuan sama kita, kita pasti kesulitan juga." Sambungnya lagi.

"Sebenarnya kalau soal itu... Aku sudah atur. Mula – mula aku ingin mengubah sifatnya dulu, bukan bukan, maksud aku, bagaimana caranya supaya Leo mau berteman dengan kalian, setidaknya ramah sama kalian, bagaimana caranya supaya Leo mau bergaul dengan Bayu.. Indy.. dan kalian juga. Tapi.." Aku cemberut lagi.

"Oh my gosh, enggak enggak, itu berhasil kok." Balas Indy cepat. "Dan, gue kaget banget."

Lagi – lagi semua mengangguk.

"Benar py, Lu ingat? waktu itu gue pernah bilang sama lu kan, apa yang terjadi sama Leo, tiba – tiba dia berubah menjadi lebih baik."

Lihat selengkapnya