Haram Jadah: Hari Pembalasan

Marion D'rossi
Chapter #16

Bagian 6 (2)

Sore itu si Jaka bertemu Pak Jamal—si pengedar narkoba gelap di luar anggota Penguasa Kota—sedang bercinta di gudang pemotongan kayu. Si Jaka masih konsisten dengan gaya khasnya menenteng samurai berkarat. Namun bedanya, kali ini dia bersih, tak bau busuk sedikit pun. Rambut gondrong alaminya bahkan jauh lebih lembut nan berkilau-kilau memantulkan cahaya matahari yang nyaris bersembunyi di balik gedung tinggi. Dengan tatapan nanar, si Jaka menyorot pada lelaki berkumis tebal putih yang dengan berahi sempurna mencengkeram, mencium, mengelus tubuh janda paruh baya yang ditemukannya mangkal di emperan siang itu. Manjijikkan adalah satu-satunya kata yang terlintas di benak si Jaka melihat binalnya janda itu menerima setiap sentuhan Pak Jamal. Payudara si janda yang lembek itu bahkan nyaris tak membuat si Jaka ngaceng, tak seperti si wanita cantik di tempat pelacuran.

Pak Jamal, meskipun menyadari kehadiran si Jaka, perhatiannya kalah oleh berahi yang meletup-letup. Dia tak menoleh barang sedetik pun. Bahkan tak malu barang sedikit pun. Si Jaka tak suka sikap angkuh Pak Jamal, hingga tangannya mencengkeram erat-erat gagang samurai. Kendati demikian, si Jaka menjadi penonton setia tiap-tiap postur bercinta Pak Jamal. Bukan berarti dia tertarik, tapi setidaknya memberikan waktu bagi tua bangka itu bersenang-senang, karena sebentar lagi nyawanya terlempar ke neraka jahanam.

Sejak hari itu, si Jaka memang sudah biasa buka mulut, tapi berbicara hanya untuk hal-hal penting. Tidak untuk Pak Jamal yang sedikit pun tak penting. Tidak untuk si janda yang tidak dia kenal. Sikap Jaka begitu tenang secara intens. Embusan napasnya pula demikian. Tak lama kemudian, Pak Jamal mencapai puncak bercinta yang menghabiskan seluruh berahinya ditelan si janda. Dan barulah dia menoleh pada si Jaka yang menunggu dengan bosan.

“Sudah cukup ‘kan, bersenang-senangnya?” Suara tajam samar si Jaka membuat Pak Jamal resah. Si janda buru-buru mengenakan pakaiannya, lalu terbirit-birit. Namun si Jaka justru merentangkan tangan kanannya. Mata berkarat samurai itu membuat si janda berhenti sambil menelan ludah kasar. Tak ada kepastian bisa hidup lebih lama. Mungkin Pak Jamal adalah pelanggan terakhir si janda. Mungkin sore ini dia bakal meregang, membawa dosa-dosanya ke neraka jahanam. Atau barang kali, si Jaka bisa mengampuninya jika dia membikin bocah itu ngaceng. Entah bagaimana gagasan itu terbit secara keparat di kepala si janda.

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Masih sama seperti sebelumnya, sebab si Jaka tak ngaceng sedikit pun melihat si janda. Samurai itu berayun dengan pancaran sekelebat cahaya yang masuk dari pintu gudang. Sialnya, si janda bahkan tidak bisa bergerak barang sedikit pun. Tiada usaha perlawanan, kepalanya terputus menggelinding dengan darah yang muncrat ke wajah si Jaka. Dan Pak Jamal melihat itu sehingga membuatnya makin cemas.

“Apa yang kamu inginkan, Bocah?” tanya Pak Jamal dengan tubuh gemetaran. Suaranya nyaris tak bisa keluar dari tenggorokan. “Apa kamu mau barangnya? Akan kuberikan barangnya, tapi kamu harus enyah dari tempat ini. Jangan ganggu aku.”

Pak Jamal adalah seorang tukang kayu yang tidak pernah mendapatkan pelanggan sejak tahun lalu. Segala mebel yang dibuatnya bahkan habis dimakan teter dan menjadi lapuk. Pak Jamal tak tahu apa sebabnya dia gagal menjalankan usaha. Namun sejak lama dia curiga bahwa saingannya di desa sebelah mencuci otak para pelanggan setianya. Sudah berbagai macam cara dilakukan Pak Jamal. Dia pergi ke dukun buat minta mantra mujarab, atau bahkan menyantet Haji Kodir biar mampus sekalian. Tak jarang pula dia memfitnah Haji Kodir. Semua usaha itu gagal tanpa hasil sedikit pun. Haji Kodir tetap sejahtera menerima pelanggan setiap hari. Pak Jamal merana di ambang usaha yang nyaris bangkrut. Sampai satu ketika, dia membeli sabu-sabu di bocah pengedar di emperan. Pak Jamal menjadi pencandu, tiap hari membeli sabu-sabu. Hingga akhirnya tercetus sebuah gagasan untuk membeli dalam jumlah banyak, lalu dia menjualnya kembali dengan harga tinggi pada rakyat jelata.

Lihat selengkapnya