Subroto awalnya dikenal sebagai Penguasa Emperan karena setelah dia membakar rumah para warga di desa, dia hidup di emperan dengan para pedagang asongan. Namun, jika para pedagang ingin berdagang tanpa gangguan, maka mereka harus membayar upeti pada Subroto. Begitulah aturannya yang Subroto buat untuk menguntungkan diri sendiri, serta cukup membikin perutnya kenyang untuk membeli makanan dari merampas hasil jualan para pedagang emperan. Sejak saat itu, Subroto menjadi pemuda yang sadis, bahkan dia sampai berani membunuh orang secara terang-terangan di depan umum gara-gara memperebutkan takhta di emperan itu dengan bandit lain. Tentu saja, Subroto menjadi pemenang sehingga tak ada yang berani berbuat macam-macam dengannya.
Laki-laki Belanda dan perempuan dari Jepang mengincar Subroto yang punya takhta tinggi di emperan, serta terkenal di kalangan para rakyat jelata. Menurut mereka, Subroto bisa menjadi kaya raya, juga kekuasaan besar untuk memonopoli kota itu menjadi jalur distribusi obat-obatan haram. Maka, laki-laki Belanda dan perempuan Jepang itu mencoba menemui Subroto di emperan, tempat dia biasa mangkal di siang hari yang terik sambil menunggu para pedagang menyetor upeti. Laki-laki Belanda bernama Cas keluar dari mobil Honda Legend Coupe hitamnya, sedangkan perempuan Jepang bernama Ayano menunggu di mobil. Subroto sedang tidur di sebuah bangku, tepat di depan toko roti orang Belanda yang sudah lama bangkrut. Sebetulnya, Subroto tak benar-benar tidur, mungkin dia sedang melamun, dan semacamnya. Namun, refleks Subroto sangat bagus. Ketika dia menyadari kehadiran asing yang mendekatinya, Subroto membuka mata. Dilihatnya laki-laki berbadan besar berkulit putih, berewok pirang, dan juga berambut gondrong berdiri di sebelahnya. Subroto tak tahu dia siapa, tapi dia tahu laki-laki itu orang Belanda.
“Ada apa orang asing berdiri di sebelah bandit gelandangan? Jangan kamu pikir bisa menjajah emperan ini karena emperan ini wilayah kekuasaanku,” kata Subroto sambil menutup sebelah matanya tak tertarik.
“Tuan Subroto, benar?” tanya Cas dengan logat Belanda-nya yang khas.
“Aku tahu selama ini aku sudah jadi bandit terkenal. Tapi aku tidak menerima tamu.” Lagi-lagi Subroto menampilkan raut tak tertarik.
“Tuan Subroto, saya bisa menjadikan Anda orang kaya mulai hari ini,” tandas Cas.
Subroto mendengkus, lalu tertawa pelan seolah-olah mendengar lelucon paling lucu. “Pribumi bisa sampai terjajah oleh orang Belanda karena iming-iming bisa menjadi kaya dalam sehari. Jangan pikir aku tertarik dengan tawaran menjadi orang kaya dalam sehari. Aku memang bandit, tapi tidak bodoh. Sebaiknya cari emperan lain yang bisa kamu kuasai. Emperan ini bagaimanapun, tidak akan bisa kamu rebut dariku.”
“Oh, maaf. Saya tidak bermaksud merebut wilayah kekuasaan Anda, Tuan Subroto. Justru saya ingin menawarkan Anda pekerjaan yang akan membuat Anda kaya dalam hitungan jam. Saya membutuhkan kekuasaan Anda. Anda penguasa emperan yang selama ini saya cari, Tuan Subroto.” Cas tersenyum ramah, mencoba meyakinkan Subroto yang memang agak susah buat diyakinkan.