Haram Jadah: Hari Pembalasan

Marion D'rossi
Chapter #29

Bagian 12 (2)

Maka, cerita itu dimulai dengan Shopie yang mendengarkan secara saksama. Salamah tak menyembunyikan apa pun dari gadis itu. Dia bercerita dari awal hingga akhir, bahkan sampai mengatakan tujuannya yang sesungguhnya mengapa dia mau merawat Shopie hingga saat ini.

“Sebetulnya, Mami bertujuan untuk menjadikanmu pelacur, Nak. Seperti kebanyakan gadis di rumah ini, setelah berusia delapan belas tahun, mereka akan bekerja untuk Mami di tempat pelacuran Mami. Itulah yang selama ini Mami lakukan.”

“Menjadi pelacur? Menjadi pelacur itu berarti tidur dengan laki-laki?” tanya Shopie yang kemudian direspons dengan senyuman merekah oleh Salamah.

“Benar, Nak.”

“Kalau begitu tidak apa-apa. Shopie bakal menjadi pelacur.”

Jawaban itu sekaligus membuat Salamah tersentak kaget. Sejauh pengalamannya merawat para gadis di rumah itu, tak pernah ada gadis yang dengan sukarela ingin menjadi pelacur. Apalagi pada saat itu Shopie mengatakannya dengan mata berbinar. Itu dapat Salamah lihat dari raut wajah Shopie yang sangat antusias.

“Apa kamu mengerti apa yang kamu katakan barusan? Shopie, apa kamu tahu pelacur itu apa?” tanya Salamah, berusaha memastikan.

“Shopie mengerti. Itu tidak masalah bagi Shopie. Lagi pula, ibu Shopie dulunya pelacur, kan? Kalau begitu, Shopie dilahirkan untuk jadi pelacur. Itu bukan masalah besar, Mami. Lagi pula, jika ayah Shopie sudah membuang Shopie, itu berarti tidak ada yang bisa Shopie lakukan. Menjadi pelacur mungkin bukan gagasan yang bagus, tapi menjadi pelacur bisa menjadi bentuk terima kasih untuk Mami karena sudah merawat Shopie sejak bayi.”

Sungguh tak bakal ada yang percaya gadis cantik nan anggun seperti Shopie punya gagasan ajaib seperti itu. Bahkan bagi orang normal kebanyakan, Shopie mungkin bakal dianggap terlalu menantang garis takdir. Namun Shopie tidak peduli, dan dia bersungguh-sungguh akan melakukan itu, sebagaimana yang kita tahu di masa depan kelak.

“Itu juga sebagai rasa terima kasih Shopie pada Mami yang sudah membesarkan Shopie sampai saat ini. Shopie bakal jadi pelacur yang terkenal.”

Salamah hanya bisa mengelus dada, mengucek-ngucek mata, atau bahkan menggaruk-garuk kepala atas ucapan Shopie. Padahal menjadi pelacur, setidaknya bagi Salamah sendiri, tak menyenangkan sama sekali. Hanya membikin selangkangan panas karena digesek kemaluan lelaki dari berbagai kalangan dan latar belakang. Belum lagi ada yang kemaluannya bau seperti rombeng tak pernah dicuci. Semua itu melekat dalam ingatan Salamah sejak awal menjadi gundik Belanda yang tak bisa pulang ke negaranya.

“Tapi Shopie punya satu syarat untuk Mami.” Lantas, Salamah mengangkat kedua alisnya. “Shopie ingin mengganti nama Shopie menjadi Melisa. Agar semua orang tahu kalau Shopie putri Melisa, pelacur yang terkenal di kota.”

Pada saat Salamah menatap Shopie, dia melihat pendar kelebat amarah di bola mata gadis itu. Yang Salamah yakini, itu adalah kobar kebencian Shopie pada ayahnya, Subroto. Sangat memungkinkan untuk mengubah nama, apalagi Shopie belum banyak bergaul di luar rumah besar milik Salamah. Belum banyak yang mengenalnya, apalagi menggaungkan namanya. Meskipun saat ini dia ragu alasan apa yang membuat Shopie ingin mengganti namanya, Salamah mengiakan. Sebetulnya, Salamah tak ingin bertanya tentang alasan itu, tapi dia yakin itu adalah caranya demi membalas dendam pada ayahnya.

Lihat selengkapnya