Haram Jadah: Hari Pembalasan

Marion D'rossi
Chapter #35

Bagian 16 (1)

Saat pertama kali bertemu Nurdewi, Mama Melisa terpana oleh kecantikan tersembunyi gadis itu. Bahkan dia tak henti-hentinya berkata cantik di dalam hati sambil membayangkan sebuah wajah di dalam benak. Wajah Nurdewi mirip kekasih tercinta Mama Melisa yang dia tak tahu sekarang ada di mana. Namun menurut pengakuan Subroto, laki-laki itu sudah mampus dan mayatnya dibuang ke jurang. Mama Melisa sebetulnya tak ingin percaya perkataan Subroto, tapi dia mengenal kebengisan ayahnya sendiri. Meskipun sedari kecil ia dirawat Salamah, tapi tetap saja dia memiliki kontak batin yang cukup kuat dengan laki-laki yang memerkosa ibunya hingga mampus itu. Hingga pada akhirnya, Mama Melisa memilih percaya begitu saja, lalu berniat mengenang tiap-tiap ingatan di kepalanya tentang Satria. Tak mungkin menghidupkan orang yang sudah mati. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan besar Mama Melisa sejak saat itu adalah, ke mana anak gadisnya yang dia tinggalkan bersama Satria? Apakah dia juga ikut mampus bersama ayahnya?

Bahkan seingat Mama Melisa, Subroto tak pernah membahas tentang bocah haram jadah itu. Atau mungkinkah dia masih hidup? Itu masih mungkin, sampai akhirnya Mama Melisa bertemu dengan Nurdewi.

“Siapa namamu, Cantik?”

Pada saat itu, Mama Melisa berharap mendengar nama yang dia berikan langsung kepada putrinya. Sayang, gadis kecil itu menyebutkan nama lain yang tak pernah dia kenal sebelumnya. Namanya Nurdewi, bukan nama yang dia dan kekasihnya berikan untuk anak gadis mereka. Sejak saat itu, harapan Mama Melisa pupus sudah. Namun dia tetap memberikan perhatian khusus kepada Nurdewi. Dia menganggap Nurdewi sebagai anak kandungnya sendiri, yang bisa dia cintai sepenuh hati. Buktinya, daripada gadis-gadis lain di rumah itu, hanya Nurdewi yang diberikan hak khusus untuk keluar rumah, bermain di luar bersama siapa pun. Sayang, Nurdewi lebih memilih tidak menjalin hubungan di luar.

Sejak Nurdewi tinggal bersamanya, Mama Melisa tak pernah satu kali pun bertanya latar belakang gadis itu. Sebab dia tahu itu bisa melukai hatinya. Tak hanya kepada Nurdewi sebetulnya, tetapi semua gadis di rumah Mama Melisa. Wanita itu selalu mengunci mulutnya rapat-rapat untuk tidak menanyakan latar belakang para gadis yang sudah dia beli dari si penjual manusia. Dia menghargai mereka. Sebab tak ada anak yang mau berpisah dari orang tuanya. Mama Melisa memahami hal itu, tapi dia tetap membeli para gadis itu dengan harapan bisa memberikannya tempat nyaman. Ah, tetap saja dia menjadikan mereka pelacur terkutuk di Keluar Puas.

Kendati Mama Melisa ingin berhenti menjalankan bisnis pelacuran itu, dia tak bisa melakukannya dalam waktu dekat. Sebab dia sudah berjanji pada Salamah akan selalu mengurus tempat itu, melakukan semua yang diwasiatkan kepadanya sebelum Salamah berpulang ke rumah Ilahi.

Dalam beberapa kesempatan, Mama Melisa pernah bermimpi didatangi kekasihnya dan berkata bahwa Nurdewi adalah anak gadis mereka yang cantik. Wanita itu terbangun dari mimpi dengan kebingungan yang mencuat-cuat. Pikirnya itu hanya bunga tidur karena dia berharap bahwa Nurdewi memang anak kandungnya. Itu sesuatu yang mustahil, setidaknya begitu Mama Melisa berpikir waktu itu.

Lihat selengkapnya