Harapan 36 bulan

Fitri Sukendar
Chapter #2

BAB 1

Aneh.

Hari ini adalah hari ketujuh Hana menjalani kehidupan sekolahnya setelah tahu bahwa dirinya mengidap kanker. Namun anehnya, rasa takut tidak membelenggu di dalam hatinya. Sedih, sudah pasti, tapi dia tidak merasakan takut, atau ... dia tidak ingin mengakuinya? 

Hana berdiri di depan cermin dengan seragam putih abu-abu miliknya yang sudah rapi, rambut ia ikat setengah ke belakang. Hari ini tidak boleh terlihat lemas atau murung. Lagi pula, hari ini tepat dua tahun Hana menjalin hubungan dengan pacarnya.

Senyum manis ia tampilkan dengan sempurna sebelum keluar dari kamar. Pagi hari adalah yang paling Hana sukai, karena dia bisa melihat ibunya menyiapkan sarapan dan ayahnya yang membantu. Ayah Hana bukan tipe suami yang duduk manis menunggu sarapan siap. Orang tua Hana sangat kompak dalam hal rumah tangga.

"Pagi, Ayah, Ibu," sapa Hana sembari mencium pipi kedua orang tuanya satu per satu.

"Pagi, Sayang," jawab sang ibu sambil meletakkan telur mata sapi di atas roti yang sudah disediakan. “Apa kau yakin hari ini mau sekolah? Tidak ingin istirahat saja?"

Hana menggelengkan kepala. "Aku ingin menikmati masa-masa sekolahku."

Sang ayah tersenyum lembut. "Jangan terlalu lelah."

Hana melihat selain telur mata sapi dan roti, ibunya menyiapkan beberapa buah-buahan untuk dikonsumsi. Sejak tahu anak bungsunya mengidap kanker, mereka lebih menjaga pola makan agar tidak bertambah parah. Baru saja Hana duduk, sosok laki-laki datang menuruni anak tangga dengan wajahnya yang masih lesu tapi sudah berpakaian seragam dengan rapi dan membawa tas ransel. Laki-laki itu tersenyum pada Hana dan mengusap kepala sang adik.

"Tumben bangun pagi, Kak?"

"Dion, sarapanmu." Sang ibu memberikan mangkuk dan sereal serta susu di hadapan anak tertua mereka.

Dion menyantap sarapan sambil memeriksa ponselnya, "Ayah, hari ini jadi ke sekolah?"

Lihat selengkapnya