"20-16."
Ndaru terkejut melihat smash tajam itu, ia bahkan tidak sadar bila shuttlecock sudah memasuki daerah lapangannya.
Menggeleng pelan, Ndaru segera mengambil shuttlecock di ujung lapangan dan segera menyerahkannya pada Ava.
"Serve, play," ujar sang wasit kemudian Ava segera melakukan serve.
Namun bukan serve biasa melainkan flick serve. Salah satu gerakan tipuan yang digunakan oleh atlet profesional untuk meraih poin dengan cepat.
Ndaru tidak siap menerima shuttlecock dan mengira benda ringan itu akan jatuh diluar garis. Tetapi sesuai dengan artinya, flick serve digunakan untuk mengecoh lawan yang di mana kebanyakan orang akan mengira shuttlecock jatuh di area luar padahal tidak.
"20-17."
Ndaru menatap Ava dengan pandangan heran sekaligus bingung, sedang lawan yang ditatap hanya tersenyum penuh arti.
Melihat senyum remeh dari Ava membuat Ndaru merasa tertantang, tetapi seruan pak Koko membuyarkan seluruh pikiran yang ada dikepala pemuda itu.
"Fokus Ndaru! Satu lagi! Jangan hilang fokus! Perhatikan baik baik lawanmu!"
Begitu seruan sekaligus arahan yang diberikan oleh sang pelatih dan seketika Ndaru tersadar jika dirinya terbawa provokasi Ava.
Melempar shuttlecock menggunakan raket. Ndaru memasang posisi menerima serangan sembari menghela napas, berusaha untuk menenangkan diri.
Ava kembali melayangkan flick serve, kali ini Ndaru tidak terkecoh dan menerima serangan dengan baik. Justru kini Ava yang terkejut, ia tidak menyangka Ndaru bisa membalas serangannya.
Ritme permainan kembali dipegang oleh Ndaru, alur cepat ini yang ia inginkan agar ia bisa mengeksekusi serangan akhir kemudian menghasilkan kemenangan untuknya.
Entah efek skor sebelumnya atau apa, rencana dalam kepala Ndaru tidak berjalan begitu baik. Semua smash serta drop shot yang ia layangkan dapat dibalas oleh Ava.
"Ck!" decih Ndaru kesal kemudian melakukan smash saat shuttlecock berada dibawah net, menyebabkan benda itu tersangkut dan jatuh di lapangannya sendiri.
"20-18."
"Ah! Sial banget!" gumam Ndaru sebal sembari berjalan ke arah shuttlecock berada, namun Ava sudah lebih dulu mengambilnya.
"Ndaru! Jangan kebawa emosi! Tenang!" seru pak Koko mengayunkan tangan di atas angin, memberi isyarat pada Ndaru untuk tenang.