Menjelang makan malam, Aga pulang ke rumahnya. Ia perlu mengambil pakaiannya, dan ia juga butuh bicara dengan ayahnya. Saat masuk ke rumah, terlihat Mahendra, Paramita, dan Mega, adik tiri Aga sedang bersiap makan malam.
Melihat kakaknya datang, Mega langsung beranjak.
“Kangen banget sihhhh.” Ia memeluk Aga manja.
Aga tersenyum dan membalas pelukan itu, seraya mengusap sayang kepala adiknya. Meskipun mereka adalah saudara tiri, tapi mereka saling menyayangi layaknya saudara kandung.
Mega ingin memberikan kekuatan kepada kakak kesayangannya lewat pelukannya. Setelahnya, ia menarik Aga untuk ikut ke meja makan.
“Sudah makan, Mas?” Tanya Paramita.
Aga menggeleng.
Paramita segera menyiapkan piring untuknya. Mereka pun memulai makan malamnya. Tidak banyak perbincangan yang terjadi di meja makan itu. Semua fokus dengan makanannya masing-masing.
Setelah selesai, mereka berkumpul di ruang tengah. Begitulah kebiasaan mereka. Duduk disana untuk bercerita masalah apapun. Dari yang penting sampai yang tidak penting. Mahendra dan Paramita yang membiasakan. Mereka ingin, sesibuk apapun anak-anaknya di luar, tidak mengurangi komunikasi mereka.
Mahendra melirik Aga. Ia tahu sedari tadi putranya ingin bericara padanya, tetapi ragu.
“Ada apa?” Tanya Mahendra.
Aga menoleh cepat. Ayahnya memang selalu peka.
“Tadi aku bicara dengan Bu Sekar.” Aga menatap keluarganya bergantian.
“Lalu?”
“Bu Sekar bilang, kalau ternyata ayahnya Dara masih hidup. Dan kemungkinan ada kecocokan antara Dara dan ayahnya.”
“Oh ya? Dimana dia sekarang, Nak?” Paramita antusias.
“Dia… ada di dekat kita. Ternyata ayahnya Dara adalah orang yang kita kenal.” Jawab Aga, membuat mereka terkejut.
“Siapa?” Tanya Mahendra.
Aga menunduk seraya meremas kedua tangannya.
“Damar Dierja.”
“APA???” Seru mereka serempak.
Damar Dierja adalah suami Betari Damani, ibu kandung Aga. Yang berarti, ia adalah papa tiri Aga.
Ia marah bahwa Damar menelantarkan Ara. Dan ia juga marah, bahwa ternyata Damar pernah mengkhianati mamanya. Meskipun hubungannya dengan ibu kandungnya tidak begitu baik, tetapi Aga tetap menyayangi mamanya.
“Bagaimana bisa?” Seru Paramita yang masih tidak percaya.
Aga lalu mulai menceritakan apa yang ia dengar dari Sekar tadi. Tidak ada yang tidak sedih mendengar cerita Aga.