Harapan di Ujung Doa

Jihan Dyah
Chapter #7

Bukan Orang yang Diharapkan

Retha terjaga sepanjang malam. Setiap ia memejamkan matanya, ia teringat tentang kesakitan yang Ara dan Melati alami. Dua orang yang belum pernah ia temui, tetapi sudah sangat mengusik hatinya.

Alhasil, langkahnya membawanya kemari pagi ini. Di depan ruang ICU, tempat dimana Ara berada. Retha ragu, ia ingin masuk menemui Ara tetapi belum memiliki cukup keberanian. Yang ia lakukan hanya berjalan kesana kemari di depan ruang ICU yang belum terlalu ramai.

“Pagi, Mbak. Ada yang bisa dibantu?” Nuri, perawat yang sejak tadi memperhatikan Retha menghampiri.

“Eh, pagi.” Retha tersentak “Saya mau jenguk pasien yang namanya Adara.” Ia sedikit gugup.

Nuri tampak ragu, tapi kemudian mengizinkan Retha masuk. Jam besuk memang sudah dimulai sejak tadi. Nuri meminta Retha untuk mencuci tangannya, dan mengenakan pakaian khusus. Setelahnya Retha menghampiri Ara.

Karena menurut pandangan Nuri, Retha sedikit mencurigakan, jadi Nuri dan salah satu perawat yang lain mengawasi Retha dari luar ruangan yang dibatasi oleh kaca. Mereka melakukan itu hanya untuk berjaga-jaga jika ada hal buruk terjadi.

Retha berdiri disamping ranjang Ara. Ia memandangi wajah Ara cukup lama. Retha tidak mengeluarkan sepatah katapun. Tetapi air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Entah mengapa dadanya merasa sangat sesak. Ia memiliki kakak lain selain Aga dan Aksa. Kakak yang baru ia ketahui keberadannya.

Dari luar Nuri dan perawat lain yang memperhatikan Retha tampak kebingungan. Dalam hati mereka bertanya-tanya, siapa gadis ini. Gadis yang baru pertama kali datang, tetapi sejak awal masuk hanya menangis tersedu-sedu.

“Ada apa?” Aga heran melihat dua orang ini memperhatikan ruangan Ara.

“Eh, Dokter.” Mereka terlonjak mendengar suara Aga yang ternyata sudah dekat

“Itu Dok, ada yang menjenguk Mbak Ara, tapi agak mencurigakan.” Nuri tersenyum canggung, seraya menunjuk ke arah Retha.

Aga mengikuti arah pandang mereka, kemudian menyernyitkan keningnya “Retha?”

“Oh, Dokter kenal?”

“Iya, saya kenal.” Aga tidak menjelaskan status mereka. Lebih tepatnya, ia malas menjelaskan, karena akan panjang jika dijelaskan. Karena yang mereka tahu, adik Aga adalah Mega.

“Dia gak akan macam-macam.” Lanjutnya. Setelahnya, ia beranjak dari sana. Aga akan memberikan waktu pada Retha untuk bertemu dengan Ara.

Cukup lama Retha menangis di samping Ara. Mengeluarkan sesak yang ada di hatinya. Setelah puas menangis, Retha keluar dari sana. Didepan ICU, Aga sudah menunggunya.

“Mas Aga.” Sapa Retha pelan.

Aga tersenyum. Kemudian ia mengajak Retha pergi dari sana. Pasti Retha ingin mengetahui masa lalu antara Melati dan Damar, pikirnya.

Mereka duduk di taman rumah sakit. Pandangan Aga lurus menatap bunga-bunga indah yang ada dihadapannya. Retha duduk disampingnya, dengan kepala menunduk, dan tangan yang berada dipangkuan, persis seperti orang yang tertangkap basah telah berbuat salah.

“Gimana kondisi di rumah, pasti kacau ya?” Tanya Aga

“Yaa, gitu deh. Belum ada yang pulang dari kemarin.”

“Maaf.” Ada sedikit perasaan bersalah dihatinya karena sudah mengusik ketenangan di rumah itu.

“Mas Aga gak salah. Memang sudah seharusnya Papa tahu.”

Hubungan Aga dan Retha tidak sedekat hubungan Aga dengan Mega. Mereka memang tidak pernah berselisih, tetapi mereka juga tidak pernah saling berbagi.

“Jadi sekarang, Aku punya kakak perempuan ya.” Tanyanya.

Lihat selengkapnya