“Nak Aga, ada apa? Operasinya sukses, kan?” Tanya Sekar.
Aga menatap Sekar, kemudian memejamkan mata bersamaan dengan setetes air yang mengalir dari sana. Lalu menganggukan kepalanya perlahan.
Seketika air mata haru pun tumpah disana.
Nada dan Sekar langsung berpelukan. Begitupun Paramita, ia memeluk suaminya dengan air mata yang mengalir deras. Perasaan gelisah yang sedari tadi melingkupi hati mereka, kini berganti dengan perasaan lega luar biasa. Kalimat syukur pun terdengar saling bersahutan disana.
Paramita melepaskan diri dari suaminya. Kemudian menghampiri putranya yang juga ikut menangis. Ia merentangkan tangannya, membawa Aga masuk dalam pelukannya.
Dalam dekapan bundanya, Aga kembali menangis. Di dalam ruang operasi tadi, Aga berusaha keras mengendalikan perasaannya. Sekarang, setelah semua selesai ia tidak bisa lagi menahan dirinya. Ia menangis tersedu-sedu, seolah mengeluarkan semua sesak yang selama ini dipendamnya.
Mahendra berjalan mendekat, dengan tangan besarnya, ia memeluk istri dan anaknya bersamaan. Matanya ikut berkaca-kaca.
“Kerja bagus, Nak. Kerja bagus. Ayah bangga sama kamu.” Ia menepuk-nepuk punggung putra kebanggannya.
Beberapa saat berlalu, tangisan itupun mulai mereda. Mereka tak dapat menyembunyikan senyum bahagianya.
“Alhamdulillah, operasi berjalan lancar. Meskipun sedikit agak lama, tapi tidak ada hambatan yang berarti.” Setelah cukup tenang, Aga mencoba memberikan penjelasan.
“Setelah ini, Dara akan kembali ke ruang ICU. Kondisinya masih sangat perlu dipantau. Mungkin akan butuh waktu untuk kesadarannya kembali, tapi kalau kondisinya sudah stabil, dia bisa mulai pindah ke ruang perawatan.” Lanjutnya.
“Tapi semua akan baik-baik aja kan, Mas?” Nada masih sedikit khawatir.
“Semoga. Tetap bantu doa ya, Nad.” Sahut Aga. Nada pun mengangguk.
“Terus Retha gimana?” Tanya Paramita.
“Retha juga baik, Bun. Sebentar lagi dia dipindahkan ke ruang rawat.”
“Biar Bunda yang temani Retha nanti. Kamu bisa fokus sama Ara.”
“Iya, Bun. Makasih.”
***
Retha membuka matanya. Ia mengerjapkannya perlahan. Menyesuaikan sinar yang masuk melalui matanya.
“Retha, kamu sudah sadar, Sayang?” Paramita segera menekan tombol nurse call yang ada di sebelah ranjang.
Tak lama kemudian, perawat dan dokter datang memeriksa kondisi Retha. Setelah dipastikan kondisinya baik, mereka lalu keluar dari sana.
“Tante Mita.” Sapa Retha lemah
“Iya, Sayang. Jangan banyak gerak dulu, ya. Pasti sakit, kan?”
“Mbak Ara gimana, Tante?”
“Ara baik. Dia masih di ICU. Kondisinya masih harus dipantau.” Jawab Paramita. “Retha butuh sesuatu? Mau minum?” lanjutnya.
Retha mengangguk. Kemudian Paramita mengambilkan minum untuk Retha, dan membantunya.
“Mas Aga yang minta Tante temenin aku?” Retha cukup heran saat membuka mata melihat Paramita ada di hadapannya.