Harapan di Ujung Doa

Jihan Dyah
Chapter #13

Apa Aku Pantas?

“Apa kamu mau mewujudkannya bersamaku?”

Senyum di wajah Ara seketika luntur, mulutnya terbuka, tubuhnya mendadak kaku. Ara terlalu terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.

“Ma-maksudnya?”

“Adara… Apa kamu mau jadi istriku? Mewujudkan pernikahan yang bahagia bersamaku?” Tanya Aga dengan wajah serius.

Aga benar-benar menepati janjinya. Saat Ara masih setia dengan tidur panjangnya kemarin, Aga berjanji dalam hatinya, tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mengungkapkan isi hatinya pada Ara. Dan sekarang, setelah satu hari kesadaran Ara kembali, Aga benar-benar mengungkapkan perasaannya.

Ara yang masih terkejut hanya bisa menatap Aga. Ia mencari kebohongan dari sorot mata tegas itu. Tetapi yang Ara lihat hanya kesungguhan.

Ara mengerjapkan matanya berkali-kali, membuat bulu mata lentik itu bergerak semakin indah. Kemudian ia membuka mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata yang keluar dari sana. Ia lalu menutupnya lagi. Ara melakukan itu berulang kali, seolah kehilangan kemampuan bicaranya.

Aga tersenyum melihat ekspresi Ara itu. Sangat menggemaskan menurutnya.

“Dara, aku tau ini terlalu mendadak buat kamu. Tapi kamu harus tau, kalau perasaan ini bukan perasaan yang baru datang kemarin. Rasa ini sudah lama ada. Sejak pertama kita bertemu.” Wajahnya kembali serius.

Aga melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. Ia harus segera pergi dari sana.

“Tolong pertimbangkan permintaanku baik-baik. Aku benar-benar mau kamu yang jadi istriku.” Ucapnya mantap.

“Aku harus pergi. Aku ada operasi sekarang.” Aga bangkit dari duduknya. Pandangan Ara mengikuti pergerakan Aga.

Aga tersenyum sangat hangat. “Aku pergi dulu.” Lalu ia beranjak dari sana.

Saat Aga membuka pintu, terlihat Nada berdiri di hadapannya.

“Loh, Mas Aga mau kemana?” Tanyanya.

“Aku ada operasi. Titip Dara dulu, ya.” Jawab Aga, seraya memberikan jalan untuk Nada masuk.

“Siap, Mas.”

Nada kemudian masuk ke dalam ruangan Ara. Ia menutup pintunya, dan berjalan mendekat ke arah ranjang. Saat sudah berdiri di dekat Ara, Nada mengerutkan keningnya melihat ekspresi sahabatnya.

Ara masih setia menatap kepergian Aga di balik pintu yang tertutup itu. Matanya masih mengerjap cepat dan mulutnya masih terbuka. Ara masih sangat terkejut dengan pernyataan Aga barusan.

Nada mengikuti arah pandangan Ara. “Sedih banget ya ditinggal Mas Dokter?” Goda Nada.

Arah mengalihkan pandangannya ke arah Nada, masih dengan ekspresi yang sama.

“Nad, apa barusan itu artinya aku dilamar?”

“Hah?” Kerutan di kening Nada semakin dalam.

“Barusan Mas Aga minta aku jadi istrinya.”

Lihat selengkapnya