Harapan di Ujung Doa

Jihan Dyah
Chapter #14

Salah Tingkah

Paramita mengantar Retha sampai ke lobi. Mereka menunggu Gina yang sedang mengambil mobilnya. Saat mereka sedang menunggu, terlihat Mahendra baru saja tiba. Lelaki paruh baya itu segera menghampiri mereka.

“Sudah mau pulang sekarang?” Tanya Mahendra pada Retha.

“Iya, Om.”

“Jaga kesehatan baik-baik. Ikuti arahan Aga. Kamu pasti pulih lagi seperti dulu.”

Retha menganggukan kepalanya. “Makasih ya, Om.”

Mahendra hanya tersenyum menanggapinya.

“Retha, nanti kalau udah sampai, kabarin Bunda ya. Pokoknya kalau kamu butuh sesuatu, jangan ragu hubungi Bunda” Ucap Paramita yang sedari tadi tidak melepaskan genggamannya pada lengan Retha.

“Iya, Bunda.”

Mahendra cukup terkejut mendengar panggilan Retha untuk istrinya. Tetapi ia sama sekali tidak keberatan. Sebaliknya, ia merasa cukup senang.

Mahendra sangat iba melihat nasib anak dari mantan istrinya ini. Setiap melihat Retha, ia selalu teringat Mega, putrinya. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan Mega, jika ia dan Paramita mengabaikannya seperti ini. Mungkin keadaannya tidak akan jauh berbeda dari Retha sekarang.

Tidak lama kemudian mobil yang dikendarai Gina pun tiba dihadapan mereka. Sekali lagi Paramita memeluk Retha.

Mahendra membukakan pintu untuk Retha. Setelah Retha duduk di kursinya, Mahendra mengatakan sesuatu yang membuat Retha kembali ingin menangis.

“Jangan sungkan sama kami, Retha. Anggap Ayah dan Bunda orang tuamu.”

“Iya… Ayah.” Ucap Retha dengan suara bergetar.

Mahendra pun menutup pintunya. Membiarkan mobil yang membawa Retha pergi dari sana. Retha melambaikan tangannya pada sepasang paruh baya itu dengan bibir bergetar menahan tangis. Paramita membalas lambaian tangan itu. Mahendra hanya tersenyum tipis melihatnya.

***

Rama mengangkat tangannya, memberi kode pada Aga yang baru saja masuk ke kantin untuk makan siang. Aga meliriknya sekilas, ia kemudian mengambil makanannya. Setelah makanannya siap, Aga menghampiri Rama dan Kayla yang baru saja selesai menghabiskan makan siangnya.

“Baru beres operasi, Ga?” Tanya Kayla.

“Iya.” Aga mulai menyuapkan makanannya.

“Operasimu minggu ini banyak juga kayanya.”

“Iya. Ada beberapa operasi yang sebelumnya ditunda, dan baru dijadwalkan lagi minggu ini.”

“Ditunda karena kamu sibuk mengurus pasien yang lebih urgent?” Kayla mangatakannya dengan nada yang sedikit sinis.

“Ya bukan dong, Kay. Ditunda karena banyak faktor. Ga ada hubungannya sama Dara.” Aga tidak terima jika Kayla menuduhnya mengabaikan pasiennya karena Ara.

“Kenapa sih, Kay. Sensi banget.” Ucap Rama yang sibuk mengupas jeruk yang ada di hadapannya. Ia tahu betul bagaimana Aga sangat berusaha untuk bisa bekerja dengan baik, ditengah ketidakpastian keselamatan Ara kemarin.

Kayla hanya mengedikan bahunya.

“Ara makan siang sama siapa? Kasian dong kalau makan sendirian.” Rama beralih pada Aga.

“Ada temannya.” Aga menyunggingkan senyumnya saat mengingat Ara.

Rama menatapnya curiga. “Kenapa senyum-senyum?”

Aga menggelengkan kepalanya, tetapi bibirnya masih menampilkan senyum tipis.

Lihat selengkapnya