Sudah satu bulan sejak operasi transplantasi yang Ara lakukan. Siang ini, ia akan datang ke rumah sakit untuk mengontrol keadaannya.
Sebelum pergi, Ara menyempatkan diri untuk memasak. Setelah selesai, ia memasukkan makanannya ke dalam beberapa box kecil. Kemudian menyusunnya ke dalam paper bag yang lebih besar.
Setelah semua siap, barulah ia berganti pakaian. Hari ini, wanita itu menggunakan blouse berwarna broken white dengan aksen pita di leher. Ia memadukannya dengan rok plisket berwarna coklat yang panjangnya sebetis. Flat shoes berwarna senada menyempurnakan penampilan cantiknya.
Ara pergi seorang diri menggunakan taksi online. Karena hari ini Aga tidak bisa menjemputnya. Mereka akan bertemu di rumah sakit nanti.
***
“Yang terakhir pasien spesial nih, Dok.” Ucap Maya, perawat yang bertugas membantu Aga.
Aga hanya tersenyum menanggapinya, seraya membaca rekam medis pasien spesialnya ini.
Sudah dari 2 jam yang lalu Aga memulai jadwal prakteknya. Maka dari itu, ia tidak bisa menjemput Ara tadi. Aga menyuruhnya datang saat jadwal prakteknya hampir berakhir. Karena setelahnya, ia ingin menghabiskan waktu berdua dengan kekasihnya.
Senyum Aga semakin lebar saat melihat pujaan hatinya melangkah memasuki ruang pemeriksaan.
“Siang, Mbak Ara.” Sapa Maya.
“Siang Mbak Maya. Apa kabar?” Ara cukup mengenal Maya. Karena selama satu tahun ini, Maya juga ikut memantau kondisi Ara bersama Aga.
“Kabar baik, Mbak.”
“Bawa apa itu?” Aga mengerutkan keningnya saat melihat Ara membawa paper bag cukup besar di tangannya.
Ara mengangkat paper bag yang dibawanya. “Makan siang.” Jawabnya.
“Wah, Dokter pasti seneng nih, dibawain makan siang sama pacar.” Ucap Maya.
“Iri, ya?” Tanya Aga dengan nada sombong.
Maya mengerucutkan bibirnya kesal.
“Aku juga bawa buat Mbak Maya, kok.” Ara mengeluarkan 3 kotak dari dalam paper bag yang dibawanya.
“Buat aku, Mbak? Yang benar?” Mata Maya berbinar menerima kotak makan siang dari Ara.
“Iya. Sama buat yang di luar ya, Mbak.” Ternyata selain menyiapkan makan siang untuk calon suaminya, Ara juga menyiapkan makan siang untuk perawat-perawat yang membantu Aga disini.
“Makasih loh. Mbak Ara memang the best.” Maya mengacungkan jempolnya.
Ara menanggapinya dengan senyum khasnya.
“Sejauh ini udah gak ada masalah, Dara. Tubuhmu juga menerima ginjal yang baru dengan baik.” Aga telah selesai memeriksa kondisi Ara. Ia memperlihatkan seluruh hasil tes yang sudah Ara jalani sebelumnya. “Frekuensi kontrol juga udah bisa kita kurangi. Kita coba sebulan sekali, ya.”
Ara selalu mematuhi semua hal yang Aga katakan. Ia sangat mempercayakan kondisi kesehatanya pada lelaki ini. Aga benar-benar memperhatikan keadaannya, bahkan saat Ara ada di rumah sekalipun, Aga selalu siaga menjadi dokter pribadinya.
“May, nanti bisa tolong ambilkan obatnya?” Aga memberikan resep obat yang telah ia buat untuk Ara.
“Aku ambil sendiri aja nanti, Mas.” Kata Ara yang tak enak hati merepotkan Maya.
“Gak apa-apa, Mbak. Sama aku aja biar lebih cepat.” Maya sama sekali tidak keberatan melakukannya.
Ara tak dapat lagi menolak. “Yaudah. Makasih, ya.”