“Ketemu!” anak itu berteriak seperti ada seseorang di belakang Erina.
Erina menoleh ke belakang. Terlihat seorang wanita paruh baya berjalan dari depan gang. Ia berpakaian serba putih, hanya kacamata hitamnya saja yang memperlihatkan warna berbeda dari semua yang ia kenakan. Tapi tetap saja ia sama mencoloknya seperti anak itu, bahkan sebenarnya lebih mencolok. Langkahnya terlihat begitu pasti dan ia tersenyum pada Erina.
“Terimakasih sudah menemani anakku bermain,” ucapnya lembut. “Sekarang kalian boleh kembali ke lapang untuk bermain dengan yang lain.”
Anak - anak lain yang mendengarkan ucapan wanita itu tersenyum senang dan segera berlari menuju lapang. Sedangkan Erina masih terpaku memerhatikan wanita itu.
“Hai namaku Kani, tapi anak-anak lebih suka memanggilku Miss K,” wanita tersebut mengulurkan tangannya pada Erina.
Erina masih bingung dengan apa yang terjadi, namun ia tetap menerima jabatan wanita itu walaupun tangannya bergetar. “Erina.”
“Apa benar kau bisa baca pikiranku?”
Erina terkejut untuk yang kedua kalinya dan spontan melepaskan genggaman tangan wanita itu.
“Ternyata Nala benar,” ia tersenyum. “Aku tahu saat ini kau punya banyak pertanyaan. Seperti siapa kita, apa yang sebenarnya terjadi, kenapa kita bisa mengetahui kalau kau bisa membaca pikiran, dan banyak hal lagi yang mungkin ingin kau tanyakan. Tapi untuk sekarang kau ikut kami terlebih dulu dan akan kami jelaskan di jalan,” Miss K berkata panjang lebar sembari melangkah kembali ke depan gang.
“Tapi aku masih ada kegiatan di sini,” ucap Erina.
“Tenang itu sudah diurus oleh anak-anak tadi,” jawabnya.
Ting! Handphone Erina berbunyi. Pesan dari Kak Ben.
Erina kegiatan di sini aman dan bisa kita kondisikan. Kamu hati-hati ya, semoga ga ada masalah serius di rumah kamu.
“Aku sudah bilang ke teman-temanku untuk bicara pada kakak yang memegang pengeras suara di sana kalau kakak ada urusan mendadak di rumah,” anak laki-laki yang tadi memegang tangannya menjelaskan. Ia tidak berlari bersama teman-temannya yang lain dan masih bersama Erina dan Miss K di gang tersebut.
Miss K menengok ke belakang melihat Erina yang masih berdiri mematung di ujung gang. “Ayo, kita akan menjawab semua pertanyaanmu nanti.”
Erina tidak punya pilihan lain, akhirnya ia ikut melangkah mengikuti wanita dan anak laki-laki misterius itu. Benar seperti perkataan Miss K bahwa Erina memang memiliki banyak sekali pertanyaan. Ia sudah pernah mengatakan pada ayah dan ibunya soal ia bisa membaca pikiran orang lain. Tapi mereka tidak pernah percaya dan selalu menganggap bahwa setiap kali Erina bisa menjawab perkataan yang ada dalam pikiran mereka itu hanya sebuah kebetulan. Lagian ia terakhir menanyakan dan membahas hal tersebut delapan tahun yang lalu. Setelah itu Erina selalu berpura-pura dan menganggap bahwa ia tidak memiliki kemampuan seperti itu. Ia selalu mengatakan pada dirinya jika ia bisa mendengar pikiran orang lain hanyalah sebuah kebetulan, tapi tidak hari ini.
Miss K dan anak laki-laki itu berjalan ke depan menyusuri trotoar samping jalan. Tidak jauh darinya terparkir sebuah mobil sedan putih di pinggir jalan. Lampu mobil itu menyala dua kali menandakan kuncinya dibuka. Erina melihat kunci di tangan Miss K, sehingga bisa dipastikan bahwa mobil itu miliknya. Erina kembali bertanya-tanya mengapa mereka sangat menyukai warna putih yang begitu mencolok dan mudah kotor itu. Tapi ah sudahlah, masih banyak pertanyaan penting lain yang lebih layak ditanyakan.
Erina duduk di depan bersama dengan Miss K, sedangkan anak laki-laki itu duduk di belakang. Miss K menyalakan mobil dan segera menjalankannya meninggalkan sekitaran kampus Erina.
“Jadi siapa sebenarnya kalian?” tanya Erina.
“Hmm baiklah, kita perlu berkenalan dengan lebih jelas lagi,” Miss K berkata sembari membuka kacamata hitamnya.
“Seperti yang sudah aku katakan tadi kau bisa memanggilku Miss K, aku suka panggilan itu. Anak laki-laki di belakang itu namanya Nala, umurnya 9 tahun dan ia bisa merasakan emosi orang lain di sekitarnya.”
“Apa?!” Erina terkejut. Untuk yang kesekian kalinya Erina dikejutkan oleh dua orang aneh ini yang entah kenapa bisa Erina percaya.
“Iya,” Nala tersenyum dan memajukan posisi duduknya diantara Erina dan Miss K. “Aku tahu sekarang Kak Erina sedang merasa takut dan terkejut.”
Erina menengok ke Nala mengernyitkan dahinya. “Bukankah itu bisa terlihat dari raut wajahku?”
“Aku juga tahu bahwa sebenarnya Kak Erina menyimpan sedikit perasaan senang karena merasa lega akhirnya bisa mendapat jawaban yang ditunggu-tunggu selama bertahun-tahun,” Nala tersenyum puas.
“Benarkah begitu Nala? Kalau begitu akan lebih mudah kita menjelaskan semuanya padamu,” Miss K berkata.