Sepanjang perjalan Erina diam, ia duduk dengan kedua kakinya yang begitu rapat dan sesekali menggigit kukunya. Pandangannya melihat pada jalanan, namun jelas terlihat bahwa tatapannya itu kosong. Pikirannya ada di tempat lain.
Ardi yang melihat hal itu berusaha menghibur Erina. “Erina,” ucapnya pelan.
Erina menolehkan kepalanya ke Ardi, ia tersadar dari lamunannya.
“Kata-kata Ira tadi nggak usah diambil hati. Dia emang agak gak sabaran soal hal ini, maklum dia yang paling lama nunggu diantara kita semua.”
“Berapa lama dia belajar sama Miss K?” tanya Erina.
“Sembilan tahun,” jawab Ardi. Mata Erina melebar, ia melihat ke arah Ardi dengan lebih lekat menunggu penjelasan selanjutnya. “Dia ditemukan Miss K sejak hari pertama kita dapat kemampuan. Kamu tau peristiwa kebakaran rumah susun sembilan tahun yang lalu?”
Erina menganggukan kepalanya, “rumah susun yang katanya sengaja dibakar untuk mengecilkan angka kemiskinan?”
Ardi menghela napas. “Iya, mereka menghilangkan manusia seolah-olah debu. Tanpa pernah memikirkan bagaimana perasaan kerabat dan orang-orang yang ditinggal.”
Erina menundukan kepalanya, ia mengusap kedua tangannya sendiri. AC di dalam mobil terasa semakin dingin. Tak pernah terbayang bagi dirinya berada di dalam peristiwa kebakaran itu, mungkin saja ia melihat banyak orang habis dilahap api. Jika hal itu terjadi pada dirinya pasti ia tak akan sekuat Ira.
“Lalu bagaimana denganmu?” tanya Erina. “Miss K bilang kalau kita dapat kemampuan ini karena ada peristiwa yang membuat kita luka, trauma atau yang lainnya.”
Ardi menghentikkan mobil perlahan, ia menoleh ke arah Erina dan tersenyum. “Masih banyak hal belum kamu tau Erina. Maka dari itu kamu harus kembali ke markas ya. Sekarang kamu hadapi dulu apa yang ada di depanmu.”
Erina tertegun, ia melihat sekeliling. Ternyata mereka sudah berhenti tepat di depan rumahnya.
“Darimana kamu bisa tau rumah aku?”
“Sejak kita tau bahwa orang yang kita cari itu kamu. Kita langsung cari semua informasi tentang kamu.”
Erina mengernyitkan dahi, “semuanya?!”
Bulu kuduk Erina sekali lagi naik perlahan. Ia membayangkan semua hal yang diketahui oleh Ardi tentang dirinya. Hal tersebut membuat Erina takut, hal sebanyak apa yang mereka ketahui tentang dirinya?
“Erinaa!” terdengar suara dari luar. “Itu kamu kan Erinaa?”
Erina yang mendengar suara itu segera membuka pintu mobil, “Iya yah! Ini Erina.”
Ardi mengikuti Erina segera keluar dari mobil. Ia menghampiri Erina berniat untuk mengantarnya sampai pintu.
“Tenang saja Er, kita bukan orang aneh yang cari tau soal diri kamu buat nyulik kamu. Kita semua di sini awalnya sama kayak kamu, tapi percaya deh maksud dari Miss K itu baik kok,” Ardi berkata sembari berjalan mengikuti Erina.
Ardi menunduk, ia meraih benda putih yang ada di hadapannya. Hampir saja ia menginjak topi putih yang tergeletak di bawah. “Ini punya siapa Er?”
“Oh!” Erina segera mengambil topi itu dari tangan Ardi. “Ini topi punya adik aku, pasti dia ga sengaja ngelempar ini pas lagi tantrum.”
“Aku masuk ya, makasih udah mau nganterin,” ucap Erina dengan senyumannya yang kaku dan segera masuk ke dalam rumah tanpa menunggu jawaban dari Ardi.
Ardi terdiam mematung, ia menatap pintu rumah Erina cukup lama. Namun tiba-tiba saja ia berlari kembali ke dalam mobil. Menyalakan mesin mobil dan segera melesat cepat meninggalkan rumah Erina.
***
“Siapa itu Er?” tanya Ayah Erina bermaksud menyambut kedatangan Erina.
“Temen,” jawab Erina. “Dimana Gumi?”
“Di atas sama Ibu.”