HARAPAN YANG SIRNA (Sepenggal Kisah Di Balik Mei '98)

Johanis Flegon Ph Henukh
Chapter #1

KELUARGA PAK DARTO

KELUARGA PAK DARTO

Ultimo Mei 1994.

Dengan langkah kaki terasa berat, Joe berjalan mengitari pematang kecil yang sebelah kiri kanannya tumbuh beberapa jenis sayuran yang ditanam oleh Pak Darto.

Pak Darto ayahnya Joe adalah seorang petani sayur dan buah yang sehari-hari bekerja bercocok tanam. Dan dari hasil bercocok tanam itulah yang nantinya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga Pak Darto. Sementara Bu Tuti isterinya Pak Darto, yang juga adalah ibunya Joe hanyalah seorang ibu rumah tangga yang mengurus pekerjaan di rumah, terkadang ikut juga membantu suaminya bekerja di kebun bila pekerjaan di rumah telah selesai.

Joe mempunyai seorang adik laki-laki semata wayang yang sangat dia kasihi bernama Deva yang kini duduk di bangku kelas 2 SMP, sementara Joe sendiri duduk di bangku kelas 3 SMA, dan sedang menunggu pengumuman ujian akhir sekolah yang akan diumumkan seminggu lagi.

Hal ini pulalah yang belakangan membuat Joe bersedih karena merasa bahwa tidak lama lagi dia akan berpisah dengan kedua orang tua dan adiknya. Yah, setelah pengumuman kelulusan nanti, Joe berencana pergi merantau ke kota Jakarta untuk mencari pekerjaan. 

Walau sebenarnya di hati kecilnya berat bagi Joe untuk meninggalkan keluarganya, tapi demi masa depan yang lebih baik, dia memutuskan untuk pergi, sekalipun harus berpisah dengan orang-orang yang teramat dia kasihi.

Tidak demikian dengan Pak Darto maupun Bu Tuti. Sebagai orang tua, tentunya mereka tidak ingin melepas Joe pergi, bahkan jauh hari sebelumnya mereka telah berbicara baik-baik dengan Joe mengenai kelanjutan studinya setelah lulus nanti, dan meminta kepadanya agar sebaiknya mengurungkan niatnya pergi merantau. Hal ini disampaikan Pak Darto dan Bu Tuti setelah mereka mendengar langsung dari mulut Joe perihal rencana kepergiannya itu. Seperti apa pun kondisi Pak Darto dan Bu Tuti, tetap sebagai orang tua mereka merasa punya tanggung jawab tersendiri dan berusaha untuk menyekolahkan kedua putera mereka hingga ke perguruan tinggi.

Tapi Joe sadar betul dengan kondisi ekonomi orang tuanya yang hanya bekerja sebagai petani kecil dengan penghasilan yang pas-pasan. Hanya dengan mengandalkan bekal sebidang tanah, ayahnya sehari-hari bekerja bercocok tanam untuk menghidupi mereka sekeluarga. 

Bagi Joe sendiri sudah bisa menempuh pendidikan hingga lulus SMA, itu sudah sangat luar biasa, apalagi untuk ukuran seorang remaja kampung seperti dia, dan itu sudah cukup menjadikan modal bagi dirinya untuk mencari dan melamar pekerjaan nanti. 

Meski Joe terbilang siswa yang cerdas dan berprestasi, terbukti dengan selalu mendapatkan peringkat dua besar di sekolahnya, tapi lagi-lagi Joe sangat memahami betul dengan kondisi orang tuanya, karena itulah dia tidak ingin menambah beban kedua orang tuanya. Dia tidak mau kalau nanti ke depan orang tuanya terlibat dengan masalah pinjaman atau hutang piutang, apalagi dia sadar betul bahwa mendaftar ke perguruan tinggi dan kuliah itu tidaklah mudah, akan membutuhkan biaya yang cukup besar, batin Joe.

Hari kian beranjak senja. Joe sesekali melirik arloji kecil pemberian ayahnya yang melingkari pergelangan tangan kirinya, waktu menunjukkan pukul empat sore kurang beberapa menit. Pak Darto terlihat sedang asyik menyiram tanaman, sementara Joe membantu ayahnya mencabut dan membersihkan rumput-rumput kecil yang tumbuh di sela-sela tanaman.

Baru saja Joe hendak berdiri untuk melepas penat sejenak, dari belakang sebuah tepukan lembut menyentuh pundaknya, dan belum sempat dia menoleh ke belakang, sebuah suara yang kedengaran sudah tidak asing lagi baginya menyapa terlebih dulu:

"Halo Kak Joe," Deva menyapa kakaknya.

Joe berpaling dan menatap Deva yang tengah memandang ke arahnya dengan senyum manisnya.

"Eh kamu Dek, ngagetin Kakak aja. Kok cepat amat pulang sekolahnya, Dev?" Joe membalas menyapa adiknya dengan tersenyum pula.

"Tadi jam setengah tiga pulang sekolahnya, Kak. Kebetulan ada rapat guru, jadi semua siswa disuruh pulang lebih awal." Sahut Deva. 

"Ooo mungkin rapat mengenai persiapan ulangan akhir semester siswa kelas 1 dan 2, atau mungkin membahas tentang hasil ujian akhir untuk siswa kelas 3 ya, Dek?" Tanya Joe

"Entahlah Kak, Deva juga kurang tahu. Oya Kak, ayah kemana kok nggak kelihatan?" Deva bertanya sambil memandang sekeliling kalau-kalau ada ayahnya di sekitar.

"Oh, ayah barusan tadi pergi timba air ke sumur, Dek. Nah itu ayah muncul." Sahut Joe sembari tangannya menunjuk ke arah ayahnya.

Lihat selengkapnya