Mereka duduk di set sofa di ruang tamu, Dubana duduk di sofa single, begitu juga dengan Wuwun. Santi dan Roni duduk di sofa yang panjang. Roni sedang menggendong Nana. Sepiring kue bolu yang telah dipotong-potong tersedia di atas meja sofa. Mereka tampak senang, kecuali Dubana yang pikirannya saat ini penuh dengan adicita yang saling bertabrakan.
“Sayang, sepertinya anak kita mengantuk, bagaimana jika kamu kembalikan dia ke ranjangnya dan menungguinya hingga tertidur? Pembicaraan kita di sini akan mengganggu pendengarannya dan membuat dia menangis sepanjang malam. Kamu tidak mau kan terlambat tidur karena hal itu lagi?” kata Santi menyarankan.
“Benar katamu, tetapi aku tidak perlu membawanya ke atas,” kata Roni. ”Betty!”
Betty si robot pembantu datang dari arah dapur. “Ya, Tuan Roni?” ucapnya.
“Tolong gendong Nana dan antarkan dia ke atas, lalu baringkan dia di ranjangnya, dan jagai dia hingga tertidur, lakukan semua ini dengan perlahan dan hati-hati,” perintah Roni kepada robotnya itu.
Betty menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan Roni,” jawab Betty menuruti tuannya.
“Jika dia sudah tertidur, kamu bisa kembali melakukan pekerjaanmu yang lainnya,” kata Roni sambil menyerahkan anaknya itu kepada Betty dengan perlahan. Betty menggendong Nana lalu berjalan ke atas. Dia melakukannya dengan sangat hati-hati dan cekatan, layaknya seseorang yang sudah terbiasa merawat bayi.
“Apa kamu yakin menyerahkan Nana kepada Betty?” tanya Wuwun sambil memakan sepotong kue bolu.
“Tentu saja, Bu,” ujar Roni sambil mengunyah sepotong bolu. “Aku mempercayai Betty lebih dari aku mempercayai pembantu manusia. Sewaktu aku kecil aku pernah melihat video CCTV, seorang balita dipukuli bahkan diinjak-injak oleh pembantunya hingga akhirnya sakit dan meninggal. Beruntung ada CCTV yang merekam kegiatan jahatnya itu. Bayangkan saja betapa sakit hati orang tuanya, sudah susah-susah membesarkan bayi, malah dibunuh oleh pembantu sendiri. Tetapi kini setelah robot diciptakan dan dijual secara bebas hal itu tidak pernah terjadi lagi. Sudah lebih dari tujuh tahun tidak pernah ada pembunuhan yang disebabkan oleh robot. Di sini ataupun di luar negeri.”
“Tapi sayang, tidak semua pembantu manusia seperti itu. Ada juga kok yang baik seperti pembantu temanku. Dia menyelamatkan temanku waktu masih kecil dari kejaran anjing,” timpal Santi yang baru saja mengambil sepotong kue.
“Ya memang, tapi hal itu membuatku trauma hingga saat ini,” kata Roni.
Wuwun tertawa kecil mendengar percakapan mereka. “Kalian membuatku berpikir,” katanya. “Dahulu tidak ada sebutan pembantu manusia atau pembantu robot. Hanya ada pembantu saja, atau orang-orang menyebutnya pembantu rumah tangga, atau asisten rumah tangga, supaya kedengarannya lebih sopan. Tetapi zaman sekarang, sebutan itu berubah lagi, sekarang hampir semua profesi itu dikategorikan. Seperti pembantu manusia, pembantu robot, asisten manusia, asisten robot, penjaga manusia, penjaga robot, petani manusia, petani robot, semua dikategorikan terpisah.”
“Beberapa orang bahkan mengkategorikannya dengan lebih banyak, Bu,” kata Santi menambahkannya. “Ada yang menyebutnya pembantu laki-laki, pembantu perempuan, pembantu robot laki-laki, pembantu robot perempuan. Padahal robot-robot itu tidak memiliki alat kelamin, hanya rupanya saja yang menyerupai.”
“Kata siapa?” tentang Roni. “Beberapa robot di tempat prostitusi atau klub malam benar-benar memiliki alat kelamin.”
Santi dan Wuwun terkejut hingga hampir memuncratkan bolu dari mulutnya, sedangkan Dubana tetap tenang menyimak perbincangan ini sambil mengambil sepotong kue, berharap rasa kue dan perbincangan ini dapat menenangkan pikirannya yang terganggu. Dia sudah tahu mengenai robot berkelamin, sehingga tidak heran mendengar itu.
“Yang benar saja?” tanya Santi dengan sangat terkejut.
“Benar, aku serius,” kata Roni. “Bahkan kata temanku harganya lebih mahal dibandingkan yang manusia.”
“Jadi sekarang bertambah lagi, ada pelacur manusia, ada pelacur robot,” canda Wuwun.
“Tapi siapa yang mau bercinta dengan robot?” tanya Santi yang masih terkejut. “Maksudku, ayolah, itu adalah kulit prostetik, bukan kulit sungguhan. Kulit prostetik!”
“Tentu saja ada, mereka memilki pasarnya sendiri. Ada orang-orang yang memiliki kecenderungan seksual seperti itu. Namanya digiseksual,” jawab Roni.
“Ada-ada saja,” kata Wuwun. “Sewaktu aku muda bahkan bila bercinta di luar nikah, bisa diarak keliling kampung. Sekarang orang-orang bisa dengan bebas bercinta bahkan dengan pelacur robot.”
“Aku rasa penyebutannya salah,” sela Dubana secara tiba-tiba. Membuat semuanya memandang ke arahnya, karena akhirnya dia mengucapkan sesuatu.
“Akhirnya seseorang berbicara,” kata Roni.
“Bagaimana maksudmu, Dubi?” tanya Santi.
“Bukankah yang benar itu bukan pelacur robot, tapi robot pelacur?” tanya Dubana.
Wuwun yang bingung bertanya balik, “Apa bedanya? Bukankah itu sama saja?”
“Tentu saja berbeda. Pelacur robot berarti pelacur itu dulunya manusia, tapi sekarang berubah jadi robot. Robot pelacur berarti robot itu adalah robot yang pekerjaannya melacur,” kata Dubana menjelaskannya.
“Aku tetap tidak melihat adanya perbedaan, Dubi,” protes Santi. “Menurutku baik robot pelacur maupun pelacur robot, arti keduanya tetap sama saja.”
“Tidak, kedua hal itu berbeda. Sama saja dengan berkata dinding putih, bukan putih dinding,” jelas Dubi sekali lagi.
Roni menunjuk-nunjuk Dubana dengan kegirangan. “Benar katamu itu, aku baru memahaminya,” kata Roni. “Berarti sekarang kita harus memanggil robot-robot itu dengan benar seperti robot pembantu, bukan pembantu robot.”
“Berarti kalimat yang benar adalah robot laki-laki pembantu dan robot perempuan pembantu. Oh, Dubi. Kamu membuat semua ini semakin rumit,” tukas Wuwun.
“Tetapi aku masih tidak melihat perbedaan keduanya. Aku rasa kamu tidak bisa membandingkannya dengan warna pada dinding,” kata Santi yang masih keberatan.
Dari atas tangga, Betty turun. Roni yang mendengar suaranya menoleh kepadanya. “Hei, Betty si robot pembantu. Aku ingin bertanya sesuatu,” kata Roni.
“Ya, Tuan,” kata Betty sambil menuruni tangga. “Apa yang ingin Tuan tanyakan?”
“Menurutmu mana yang benar, robot pembantu atau pembantu robot?” tanya Roni.
“Yang benar adalah robot pembantu, Tuan Roni,” jawab Betty.