Harga Sebuah Pelukan

Iir
Chapter #2

Harga Sebuah Pelukan

Pagi ini Keisya siap kembali menyambut kliennya dengan hati yang penuh sukacita. Yah, setelah ia memasang iklan dibukanya klinik terapi pelukan ‘sentuhan hati penyembuh jiwa’ di apartemen kecilnya, ternyata antusias yang ia dapatkan tidak begitu mengecewakan. Walau belum banyak peminatnya, tapi lumayanlah untuk tahap awal karena masih baru. Berbagai komentar baik positif hingga meremehkan di media sosialnya terkait klinik terapi peluknya ia terima dengan lapang dada. Ia belum bisa membayar asisten hingga semuanya dihandle sendiri. Mulai dari menerima telepon dari klien yang ingin membuat janji kunjungan, hingga urusan administrasi dan keuangan. Tiba-tiba ponselnya berbunyi dari seorang pria yang mengatakan ingin menjalani terapi dan kini sudah ada di depan apartemennya. Keisya bergegas membukakan pintu dan mempersilahkan kliennya masuk. 

“Tapi maaf ya, saya tidak bisa melayani klien lawan jenis untuk terapi peluk. Kalau sebatas sharing seputar keluhan yang ingin disampaikan saya terbuka saja, tapi tentu dengan aturan dan batasan. “

“Oh tidak mengapa, saya memang ingin curhat saja dengan Mbak yang cantik ini, “ ucap pria di depan Keisya. 

Keisya mulai merasakan hawa yang tidak nyaman, namun ia berusaha berpikir positif. 

“Baik, silahkan. Oh ya saya harus memanggil Bapak atau apa? “

“Panggil Mas Broto saja, “ jawab pria itu mulai sedikit genit

“Oke, apa yang Mas Broto rasakan saat ini. “

“Jantung saya berdebar-debar kencang, hingga dada saya sakit, kenapa ya, Mbak? “

“Sejak kapan Mas Broto merasakannya dan kalau boleh tahu apakah Mas Broto lagi cemas? “

“Sepertinya tidak, saya merasakannya karena melihat paras ayu Mbak Keisya, mungkin saya jatuh cinta, “ jawab pria itu sambil spontan meraba tangan Keisya 

“Saya harap Anda bisa bersikap lebih sopan, dan maaf sepertinya Anda salah alamat!” ucap Keisya tegas dan lantang. Lalu segera mempersilahkan lelaki yang separuh rambutnya sudah dipenuhi uban untuk keluar dari apartemennya. 

“Sok jual mahal kamu, Mbak! Saya tahu klinik ini kan hanya kedok saja, untuk menarik pelanggan kencan. “

Keisya berusaha untuk tidak terpancing dan mencoba mengontrol emosinya. 

“Saya bisa melaporkan Bapak ke polisi atas tuduhan fitnah dan pencemaran nama baik. Sebelum saya bertindak lebih jauh lagi, tolong Bapak segera pergi dari batang hidung saya! “ Keisya mengancam dengan hati yang mendidih tapi berusaha ia tahan untuk memaki-maki lelaki yang sudah berumur di depannya. Ancamannya berhasil, lelaki itu segera angkat kaki dari apartemennya. 

Lihat selengkapnya