Keisya merasa surprise karena hari ini kedatangan temannya sesama terapis peluk di kliniknya.
“Hai, Mbak Rina apa kabar? Senang rasanya Mbak mau datang ke klinik saya yang kecil ini, “ ucap Keisya sembari memeluk rekannya itu.
“Kabar saya lagi tidak baik-baik saja, Mbak Keisya. Sebagai terapis peluk, saat ini saya justru sangat membutuhkan pelukan Mbak Keisya, “ jawab Rina dengan mata sendu.
“Tidak mengapa, Mbak Rina kan juga manusia yang butuh dipeluk juga walau biasanya memberikan terapis peluk buat banyak orang, “jawab Keisya segera memeluk hangat Mbak Rina sembari mengusap-usap punggungnya. Membiarkannya beberapa saat melepas beban kesedihan di pelukannya.
“Bagaimana perasaan Mbak Keisya bila kita tidak bisa memeluk buah hati kita sendiri, padahal kita sangat rindu ingin terus memeluknya, demi meringankan beban mental yang ia derita. Selama bertahun-tahun saya selalu menjadi orang yang siap memberikan terapi pelukan bagi jiwa-jiwa yang menderita. Namun saya tak bisa memberikan terapi pelukan itu dikala anak saya sendiri tengah menderita jiwanya, “ isak Rina akhirnya tak tahan lagi untuk menahan air matanya.
“Pasti Mbak Rina tersiksa sekali, saya memahami apa yang Mbak rasakan. Menangislah Mbak! Bila itu bisa melegakan sesak di dadamu oleh rasa sedih. Sebab tak selamanya tangis sedih itu buruk bagi manusia,” hibur Keisya.
Menurut pemikiran Keisya, sejatinya air mata yang keluar dari perasaan sedih, marah dan kecewa, mampu melembutkan sebuah hati yang keras. Sehingga kita akan menyadari tentang adanya perasaan yang butuh untuk dilunakkan. Salah satunya lewat isak tangis kesedihan. Selain itu dengan menangis, tubuh akan memproduksi hormon endorfin dan hormon oksitoksin. Kedua hormon ini adalah salah satu hormon pembuat bahagia, bersamaan dengan hormon serotonin dan dopamin. Hormon endorfin dan oksitoksin juga bisa mengurangi produksi hormon stres dengan memberikan efek tenang dan rileks. Itulah sebabnya, kita akan jauh lebih tenang setelah menangis
Yah, ibarat tetesan air yang terus menerpa batu karang. Bayangkan bila sebuah hati tak pernah disirami dengan air mata. Ia akan terus menjadi keras dan sulit untuk dilembutkan. Selain itu bukankah hidup ini diciptakan berpasang-pasangan? Ada suka maupun duka, ada tangis dan tawa. Sebagaimana adanya siang dan juga malam. Sebab tak ada yang abadi di dunia ini, termasuk kesedihan dan kebahagiaan itu sendiri. Alam pun mengajarkan betapa kebahagiaan baru muncul setelah kesedihan hadir lebih dulu. Ibarat Matahari yang merasakan artinya terang lewat sinarnya, setelah gelapnya senja datang menjelang.
Tapi satu hal yang harus kita ingat, menangis terlalu banyak akan mengubah suasana hati, karena hati juga mempengaruhi organ tubuh yang lain sehingga kesehatan bisa terganggu, sebab tubuh dan jiwa (hati) adalah dua hal yang saling ketergantungan. Ketergantungan ini dihubungkan oleh suatu kelenjar bernama kelenjar endokrin, yang berfungsi memompa cairan hormon ke dalam aliran darah.
Hormon-hormon inilah yang mengatur fungsi-fungsi tubuh seperti pikiran, pernafasan, aliran darah, pencernaan, metabolisme dan lain-lain. Jadi bila hati kita sakit maka akan berpengaruh terhadap fisik juga. Kesimpulannya menangis boleh saja namun jangan biarkan kesedihan menggerogoti kesehatan kita. Takutnya kesedihan yang selalu diundang hadir akan menjadi candu, hingga bisa melemahkan hati.
“Terima kasih, Mbak Keisya. Sebenarnya saya kesini selain untuk terapi juga ingin meminta kesediaan Mbak Keisya menjadi terapis peluk bagi anak saya, sambil menemaninya melewati hari-hari beratnya. Sebab dia hanya mau memeluk dan bersender terus di bahu ayahnya, tapi ayahnya kan tidak bisa 24 jam menemani karena harus ke kantor. “
“Saya sangat bersedia Mbak Rina. Tapi kalau boleh tahu apa yang terjadi pada anak perempuannya, Mbak? Apakah sudah dibawa ke psikolog? “