Keisya Hanna kembali menyibukkan dirinya dengan melayani klien terapi peluk di apartemen kecilnya. Hari ini dia kedatangan klien seorang wanita muda dengan mata sembab dan wajah kuyu. Sepertinya wanita tersebut habis menangis semalaman. Setelah wanita bernama Rina itu memperkenalkan diri, Keisya pun menanyakan apa yang sedang ia rasakan hingga membawanya ke klinik sentuhan hati terapi jiwa.
“Saya tak menyangka secepat ini harus kehilangan Gouda, Mbak Keisya. Ia begitu lucu, manis dan menggemaskan. Saya beri dia nama Gouda yang artinya keju Belanda karena warna bulunya yang putih bersih seperti keju. Hati saya hancur dan sedih sekali ketika membungkus jasad Gouda dengan kain putih, “ ucap Rina sambil mengusap air matanya.
“Saya hanya bisa memeluk jasad Gouda yang sudah tak berdaya erat-erat akibat tertabrak mobil yang melintas tiba-tiba sebelum menguburnya, karena kami akan berpisah untuk selama-lamanya. Sungguh terkutuk orang yang sudah menabrak lari kucing saya, Mbak! Makhluk ciptaan Tuhan yang lemah dan seharusnya disayang serta dilindungi. Gouda, tunggu aku di surga ya," tangis Rina pecah.
"Pasti rasanya berat sekali melepas kucing yang sudah bertahun-tahun menemani Mbak Rina,” hibur Keisya
“Iya Mbak, tapi takdir saya untuk bisa terus bersama Gouda hanya sampai di sini. Saya berusaha untuk ikhlas melepasnya pergi walau terasa sangat berat. Membayangkan setelah ini dunia saya terasa sepi tanpa keceriaan dan penghiburan lagi dari wajah Gouda yang lucu dan manja. Semuanya masih terbayang di pelupuk mata saya Mbak Keisya."
Keisya Hanna ikut meneteskan air mata pilu, menyaksikan Rina menangisi kepergian kucing kesayangannya. Ia jadi teringat pada Caby kucingnya di rumah. Caby yang selalu mengikuti ke mana pun ia pergi. Bahkan Caby selalu tidur bersamanya dulu saat remaja. Semoga selama dirinya lebih banyak di apartemennya, Caby masih betah tinggal di rumahnya karena ada ambu yang juga menyayangi dan menjaganya. Sebab ketika majikannya tak ada, biasanya banyak kucing peliharaan memutuskan untuk pergi. Keisya jadi cemas dan merindukan Caby, kucingnya. Ia pun memutuskan untuk pulang setelah tak ada lagi klien.
Betapa kehilangan memiliki banyak wajah, dimana tak hanya kehilangan orang yang kita sayangi, kita pun bisa kehilangan hewan peliharaan. Bentuk kehilangan lainnya bisa berupa kehilangan pekerjaan, kesehatan, mimpi dan kehilangan rasa aman setelah peristiwa traumatis
Sementara rentang reaksi emosi kehilangan sendiri dimulai dari rasa kaget, marah, bersalah dan depresi. Adapun efek berduka itu sendiri dipengaruhi seberapa dekat hubungan dengan orang yang pergi dan kondisi orang yang pergi meninggalkan kita. Semakin dekat hubungan kita dengan yang telah pergi, maka semakin dalam rasa duka yang dialami. Begitu juga kondisi orang yang pergi meninggalkan kita akan menimbulkan trauma yang ekstrem bila kepergiannya akibat kecelakaan mobil, bencana alam atau dibunuh.
Keisya pun memberikan terapi pelukan bagi Rina yang mengalami sakitnya kehilangan. Ia biarkan Rina menangis di pundaknya sambil mencurahkan beban hatinya yang bersedih akibat kehilangan.
“Terima kasih Mbak Keisya atas dukungannya, saya sedikit terhibur meski duka yang mendalam masih menyelimuti hati saya. Rasanya saya masih trauma untuk memelihara kucing lagi. “
“Mbak Rina tidak perlu terburu-buru, biarlah luka kehilangan Mbak pulih dulu. Semuanya membutuhkan waktu dan proses untuk sembuh. Hal pertama yang perlu Mbak Rina lakukan menerima dan memeluk rasa duka itu terlebih dahulu, sebab mengacuhkan dan menyangkal emosi alami ketika berduka, akan membuat keadaan lebih buruk,“ hibur Keisya lagi.
Setelah sesi terapi berakhir, Keisya Hanna mengantarkan Rina hingga ke pintu dan menepuk bahunya dengan hangat.
“Semoga hari-hari ke depan Mbak Rina bisa lebih baik, ya. Ingat, kalau butuh seseorang untuk mendengarkan, saya di sini," ucap Keisya dengan penuh perhatian.
Rina mengangguk sambil tersenyum lemah. “Terima kasih, Mbak Keisya. Saya benar-benar menghargai semuanya.”
Keisya menghela napas panjang, merasa lega bisa sedikit membantu seseorang yang tengah berduka. Namun, tiba-tiba perasaan rindu pada Caby, kucing kesayangannya, semakin terasa. Ia merasakan dorongan kuat untuk pulang ke rumah, memastikan bahwa Caby baik-baik saja.
Sesampainya di rumah, Keisya langsung disambut oleh ambu.
"Keisya !" seru ambu dengan nada senang.
“Iya, ambu, Keisya kangen sama ambu dan Caby.”
Ambu tertawa kecil, lalu menoleh ke sudut ruangan.
“Caby ada di kamar, dia habis makan tadi. Masih sering tidur di kamarmu, Nak. Sepertinya dia juga kangen sama kamu.”
Keisya segera menuju kamarnya dan benar saja, ia menemukan Caby sedang tidur meringkuk di atas tempat tidurnya. Keisya mendekat dan mengelus lembut kepala Caby.
“Hai, Caby. Kamu kangen aku juga, ya?” bisiknya pelan.
Caby membuka matanya sejenak, melihat ke arah Keisya, lalu mendengkur pelan. Keisya tersenyum lega.
“Aku senang kamu masih di sini, Caby. Maaf kalau belakangan ini aku jarang pulang.”
Ia teringat kata-kata Rina tadi. Betapa beratnya kehilangan hewan peliharaan yang sangat disayangi. Keisya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya jika suatu hari ia harus berpisah dengan Caby. Ia pun memeluk Caby erat, mencoba menikmati setiap momen kebersamaan mereka.
Malamnya, Keisya duduk di meja makan bersama ambu. Mereka menikmati makan malam sederhana, sambil berbincang hangat.