Klinik Fajar Biru
Pagi yang cerah di kliniknya, Reen tengah bersiap-siap menunggu klien yang sudah antre di depan ruangannya. Tapi ada yang berbeda kali ini, kala ia melihat ada beberapa sosok pria diantara para wanita yang bikin janji konsultasi padanya. Jarang ada pria yang mau ke psikolog karena mereka kaum yang kurang terbuka dan sedikit gengsi mengutarakan perasaannya. Alasannya mungkin takut terlihat lemah, malu dan merasa kurang maskulin. Selama bertahun-tahun menjadi seorang terapis dan konselor pernikahan, mungkin bisa dihitung dengan jari ia menerima klien laki-laki. Reen jadi penasaran dan merasa surprise menghadapi klien pria di depannya. Ia pun menyimak dengan serius isi curhatan pria muda yang mengaku baru saja menikah. Usia pernikahan mereka sudah berjalan 6 bulan lamanya. Usia hubungan pernikahan yang sedang hangat-hangatnya.
“Saya sangat mencintai istri saya, meski dia sudah pernah menikah dengan pria lain. Saya juga tahu bahwa dia pun sangat mencintai saya, karena mau menikah setelah menolak banyak lamaran lelaki lain padanya. Tapi yang saya bingung, mengapa setiap diajak berhubungan intim, istri saya mengaku sulit bergairah dan cenderung dingin di ranjang. “
“Saudara sudah menanyakan pada istri mengapa dia bersikap dingin? Sebaiknya dalam berhubungan badan perlu adanya keterbukaan, ” jawabnya hati-hati.
“Itulah masalahnya Bu, saya sudah sering bertanya padanya, tapi istri saya malah diam dan hanya meminta maaf. Saya jadi tidak tega untuk memaksanya untuk meladeni saya.”
“Saran saya sebaiknya istri saudara ikut sesi konseling, agar tahu permasalahan yang sebenarnya. Sebab banyak faktor yang membuat seorang istri sulit menikmati hubungan suami istri, salah satunya akibat trauma.”
“Baiklah, Bu Reen. Kebetulan istri saya menunggu di luar untuk konsultasi juga,” jawab pria muda yang cukup tampan tersebut. Wajah pria itu terlihat sedikit berseri sebelum keluar dari ruang konsultasi.
“Entah mengapa, saya selalu merasa diri tidak layak akibat dulu sering direndahkan oleh mantan suami yang dulu. Saya sering merasa insecure dengan diri saya, Bu.”
“Tapi saya tahu suami Mbak yang sekarang begitu mencintai Mbak setulus hati. Saya rasa, suami bisa mengerti kalau Mbak mau terbuka soal ini padanya.”
“Begitu yah Bu Reen, kalau begitu saya akan berterus terang padanya mengapa sering bersikap dingin di ranjang. Padahal bukan karena saya tidak mencintainya. Saya takut suami saya yang sekarang salah paham.”
“Betul, keterbukaan dalam rumah tangga adalah sebuah keharusan, termasuk dalam hubungan intim,” jawabnya. sambil menggenggam tangan perempuan berjilbab krem di depannya. Ia pun kemudian memanggil suaminya untuk masuk ke ruang konsultasi, agar bisa ikut berkontribusi dalam terapi bicara perihal trauma yang istrinya alami.
"Saya ingin Anda berdua berbicara terbuka tentang apa yang menyebabkan masalah ini," ucapnya. Saya terkesan karena menurut pengakuan istrinya, suaminya rela menghabiskan waktu hingga satu jam, berusaha membangkitkan gairahnya setiap kali berhubungan, meski si istri tetap dingin dan tanpa respon, seperti gedebog pisang. Gedebog pisang adalah istilah bagi seseorang yang dingin alias diam membeku saat berhubungan intim seperti batang pisang.
Ia jadi teringat seorang teman sekolahnya dulu yang pernah curhat.
"Aku juga pernah merasa seperti gedebog pisang, sampai mengalami pendarahan setiap habis berhubungan intim Reen," katanya. Setelah dicari tahu ternyata temannya itu masih menyimpan ganjalan terhadap suaminya. Setelah temannya berani berterus terang dan suaminya mengerti masalah itu, hubungan mereka akhirnya membaik, dan pendarahan pun tak terjadi lagi ketika berhubungan. Begitu besarnya dampak emosi dan perasaan seorang wanita terhadap hubungan seksual dalam pernikahan.
Pasangan muda itu akhirnya menyadari bahwa mereka kurang terbuka satu sama lain, terutama si istri yang pernah mengalami KDRT dari suaminya terdahulu, hingga membuatnya kehilangan percaya diri. Klien berikutnya sepasang suami istri yang sudah menikah 5 tahun. Keluhannya masih sama, si istri dingin di ranjang dan kerap menolak ajakan sang suami. Ia pun mencoba menjelaskan beberapa penyebabnya.
"Banyak sebab kenapa seorang istri bisa dingin di ranjang," jelasnya pada pasangan yang datang konsultasi berikutnya soal hilangnya gairah si istri dalam melayani.
“Hilangnya minat untuk berhubungan disebabkan oleh banyak faktor. Bisa karena depresi, terlalu lelah mengurus anak dan pekerjaan rumah, tapi merasa tetap harus melayani suami karena kewajiban dan takut dosa bila menolak." Ia melanjutkan, "Di sinilah pentingnya pengertian suami. Kalau mampu, bayarkan seorang PRT. Kalau tidak, setidaknya bantu istri mengurus rumah atau anak saat dia sibuk."