Hari Dimana Ceritanya tentang kita

E. Karto
Chapter #3

Pelancar jalan

Ibu... mama... umi... mommy atau apapun penyebutannya. Sosok apasih mereka itu? 

Banyak orang bilang rumah tak akan sama lagi tanpa sosoknya, sebagian lain bilang dia adalah sosok yang paling mencintaimu dengan tulus di dunia ini. Bahkan agama sekalipun mengutamakan sosoknya dibanding siapapun. 

Hampir semua orang bilang dialah sosok malaikat dihidup kita. Tapi apa yang terjadi jika disebagian besar hidup kita tidak ada sosoknya? apa hidup kita dipastikan hampa atau bagai neraka? entahlah....

Aku mungkin masih sangat beruntung tak mengenal sosok ibu hanya karena ditinggal akibat perceraian bukan ditinggalkan selamanya di dunia ini. Tapi itu tetap saja hingga usia 20 ini aku sama sekali tak mengenal sosok seorang ibu. 

Perceraian orang tuaku terjadi di usiaku yang baru menginjak 5 tahun dan sejak saat itu aku tak memiliki kenangan apapun dengannya. 

Kembali bertemu ketika usia sudah berada di masa peralihan antara remaja dan dewasa tentunya menciptakan pergolakan batin yang sangat dahsyat. 

Membayangkan bagaimana responnya ketika kembali melihat si buah hati setelah sekian lama tak bertemu. Bagaimana karakternya? apa tempramen seperti bapak? cuek seperti uwa dan saudariku? atau justru dialah si pemberi sifat pengalah dalam diriku. Memikirkan semua itu cukup membuat isi dalam perutku bagai dipenuhi oleh kupu-kupu. 

Mama... jangankan sosok atau karakter mu wajahmu saja aku tak bisa memgenali. 

Apa aku termasuk anak yang durhaka karena tak mengenali sosok ibunya? mungkin iya tapi mungkin juga tidak. 

Aneh... itu hal pertama yang muncul dalam benakku ketika pertama kali bertemu denganmu mama. Meski tak mengenali sosok mama tapi entah kenapa aku bisa langsung menyadari mama yang mana diantara 4 sosok wanita yang sedang mengobrol diteras rumah nenek siang itu. 

Lihat selengkapnya