Hari Dimana Ceritanya tentang kita

E. Karto
Chapter #4

Sederhana istimewa

Jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya,keringat dingin bercucuran disekujur tubuh juga perut yang tiba-tibe mules tak karuan. 

Setidaknya itu yang ada dalam bayanganku tentang apa yang akan aku alami sore itu takala pertama kali bertemu dengan calon mertuaku dengan kata lain orang tua Nada. 

Khayalan bagaimana tatapan tajam seakan ingin menerkam dari ayahnya atau tatapan sinis ibunya ketika melihat sosok pemuda yang datang meminta ijin untuk membawa putri tercintanya jalan-jalan. Uugghhh fantasi yang sangat mengerikan. 

Untungnya bagiku itu semua hanya ada dalam imajinasiku saja. Entah karena aku yang terlalu banyak berpikiran aneh-aneh atau memang semesta sudah berkehendak apa yang terjadi sore itu sangat berkebalikan dengan apa yang aku bayangkan. 

Ya pada awal pertemuan dan awal obrolan memang tatapan tajam itu ada dari ayahnya apalagi saat itu aku datang saat Nada tak ada dirumah keluar dengan ibunya. 

Untungnya tatapan dan pertanyaan sinis itu tak bertahan lebih dari 5 menit tepatnya hanya hingga kujawab pertanyaan tentang siapa orang tuaku. 

Saat itu aku sangat bersyukur memiliki sosok bapak yang dikenal ternyata bukan hanya sebagai preman tapi juga seorang pesepak bola cukup terkenal di daerahku. 

Tatapan ingin menerkam itu seketika berubah menjadi ekspresi sangat tertarik. Pada tahap berikutnya obrolan hanya terfokus pada bagaimana aku jadi anak bapakku yang mana itu jadi suatu hal sangat menarik bagi ayah Nada. 

Cukup lama kami berbincang membahas hal receh hingga hal yang sangat serius. Tak lupa aku melaksanakan salat ashar berjamaah dengannya yang mana kurasa itu jadi cara yang lebih jitu untuk memberikan image baik daripada hanya membawa sekotak martabak hehe. 

"Assalamualaikum!" terdengar salam dari dua orang wanita ketika masuk kerumah yang mana setelah kukenali salah satu sumber suara sudah dapar dipastikan itu adalah Nada

"Waalaikum salam! eh baru pada pulang! ini daritadi ada tamu spesial loh" jawab ayahnya sambil melirik kearahku

"Arteri! Dari kapan kamu kesini?" tanya Nada terkejut melihat kehadiranku diruang tamu rumahnya

Sementara itu dengan ramah ibunya menerima salamku

"Oh ada tamu! ini teman kamu sayang?"

"Bukan cuma temen bu tapi pacar" sahut ayah Nada sambil mencubit lengan Nada yang mana itu langsung membuat Nada dan aku salah tingkah

"Oo pacar! kamu kenapa gak bilang kalau mau ada pacar kamu kerumah sayang kan kalo tau ibu tadi bikin kue"

"Issshh si ayah apaan sih!"

"Eh kok anak ayah mukanya merah gitu hehehe! tapi bener pacar kan?"

"hehe iya ayah"

•••

Perpaduan dress hitam dan celana jeans dalam balutan hijab kekinian yang aku tak tahu apa namanya tak lupa sneakers hitam yang sudah agak belel kesayangannya. Kombinasi yang terdengar aneh itu entah kenapa cocok ditubuhmu Nil. 

Entah karena kamu yang pede dengan gaya seperti itu atau memang aku yang sangat merindukanmu hingga sangat terpesona tak peduli apa yang menempel ditubuhmu. 

"Ayo Ri kita berangkat!" ucap Nada berdiri setelah selesai mengikat tali sepatunya

Lihat selengkapnya