Hari Dimana Ceritanya tentang kita

E. Karto
Chapter #11

Kehidupan yang seharusnya

2025...

Mimpi... merupakan fenomena yang sangat wajar bagi setiap manusia bukan? dalam hidup ini kita pasti pernah mengalaminya dalam hidup kita. 

Baik itu mimpi indah,buruk atau absurd sekalipun semua biasanya hanya jadi pengalaman sekilas yang langsung kita lupakan ketika kembali bangun. 

Namun... bagaimana jika mimpi yang datang itu hadir bukan hanya cuma sekali melainkan beberapa kali sehingga membuat kita terbayang-bayang yang pada akhirnya menjadi imajinasi nyata bahkan ketika kita sudah terbangun. 

Psikolog atau psikiater sepertinya menjadi tempat yang wajib dikunjungi jika sudah berada ditahap kegilaan seperti itu. 

"Akhirnya selesai juga!" ucapku sesaat setelah menyelesaikan satu karya tulis pagi itu di bulan ramadan 2025.

Bertepatan dengan selesainya aku menulis berpindah pula playlist lagu yang menemaniku menulis sejak subuh. 

"Kok bisa pas langsung ke lagu ini hehehe!" aku berkata sendiri sambil tertawa kecil ketika menyadari bahwa lagu yang terputar ialah lagu bayangkan jika kita tidak menyerah dari Hindia. 

Pernahkah kau bayangkan jika kita menikah? 

Selucu apa anak-anak karena ibunya manis sekali...

Bayangkan jika kita tidak menyerah

Tantangan apapun dari ayah atau dunia kita hadapi kita lewati. 

Ya... lagu itu memang sangat tepat untuk menggambarkan karya yang baru saja aku buat. 

Sebuah karya yang rasanya tak mungkin bisa dibuat jika saja mimpi tak datang di hari-hari itu yang bisa jadi bukti kewarasan mungkin pernah hilang dari diriku.

•••

Desember 2024

Cahaya matahari sudah menyelinap dari balik gorden kamar,perut yang sudah keroncongan berbarengan dengan terdengarnya suara adzan dari speaker masjid. 

Kuperhatikan sekelilingku sejalan dengan terbukanya kedua mataku. 

Tembok berwarna putih dengan poster buronan kru topi jerami,kertas dan buku yang tersusun rapih disebelah kasur,gelas bekas kopi yang bersebelahan dengan asbak berisi beberapa puntung rokok. 

Ya... ini kamarku... aku bangun disini lagi... dikontrakan tempatku tinggal dengan bapakku. 

Pemandangan familiar yang jadi tanda berakhirnya mimpi indah yang memang terlalu indah untuk jadi kenyataan. 

Namun inilah kenyataan. Halo duniaku yang menyebalkan aku kembali lagi... 

Lelaki tak berguna si pengangguran dengan skill minimalis si sampah keluarga yang hidupnya tak jelas mau dibawa kemana. 

Seperempat abad kehidupan sudah kujalani tapi entah masih adakah kesempatan tuk mencapai jaya bagiku saat ini. 

Semua mimpi,rencana juga tujuan menjadi besar yang rasanya sudah tak menggiurkan lagi. 

Mungkin semua itu sudah ikut terkubur bersamamu wanita yang selalu percaya kesuksesan akan datang padaku. 

Semua sesal dan kesal akibat kegagalan masa lalu hanya menjadi ilusi yang datang setiap malam. Mengganggu jam tidur menjadikan diri si raja malam tanpa tahta tanpa mahkota. 

Siapa lelaki yang baru bangun ketika adzan dzuhur berkumandang itu? Ya itu aku Erri bukan Arteri. 

Lelaki tanpa tujuan yang selalu terjebak dalam delusi masa lalu.

•••

Setelah berjalan menyusuri jalan raya tanpa tujuan yang jelas hanya untuk sekedar menenangkan pikiran dari semua beban hidup langkahku berakhir di rumah uwaku tepatnya dikasur bekas kamarku dulu. 

Kulihat sekitar kondisinya kurang lebih masih sama seperti dulu saat ditempati olehku yang baru lulus SMA. 

Kasur single bed,papan setrika yang dijadikan meja serta ban motor dipojok ruangan semua masih sama persis. Yang membedakan mungkin hanya tak ada tumpukan bajuku diatas papan setrika juga kertas yang berhamburan dilantai hasil coretanku pada malam sebelumnya. 

Sekilas terbayang saat aku terbangun dikamar itu dulu. Melakukan telepon untuk menceritakan semua keluh kesah. Sesuatu yang tak bisa dilakukan lagi saat ini. 

Lihat selengkapnya