“Hai!”
Julian mengulas senyumnya seperti biasa saat aku mengagetkannya dengan menepuk bahunya yang terbalut kemeja flanel kotak-kotak warna maroon dan hitam. Aku buru-buru duduk di sampingnya dengan wajah secerah matahari pagi. Karena kapan lagi coba Julian mengajakku kencan di masa-masa Ujian Akhir Semester begini? Tahun lalu saja aku sampai ngambek karena dia lupa ulang tahunku gara-gara terlalu sibuk tenggelam dalam tugas dan mengerjakan ujian yang jadwalnya rapet banget. Jadi, nggak salah dong kalau aku buru-buru pulang setelah inhal praktikum terus ke warmindo paling keren di kawasan kampus ini karena dia tiba-tiba WA mau ngajak makan bareng.
Saking senengnya aku bahkan lupa nggak makan siang, kupikir nggak apa-apa lah dirapel nanti sekalian sama makan malam. Dan disinilah aku sekarang. Pukul 17.00 dengan menu nasi oseng ati ampela dan segelas es teh yang selalu dipesankannya lebih dahulu tiap kami memang mau kencan. Memang sering aku sih yang telat, kan Julian kalau ngajak dadakan. Masa iya aku kabur dari praktikum cuma buat kencan? Kan aku nggak sebucin itu dan tahu nggak? Julian romantis banget dong karena nggak pernah marah setiap aku terlambat, hehehe...
“Kamu baru pulang praktikum ya?”
Aku mengangguk semangat, “Iya. Aku kan inhal gara-gara kemarin pas jadwalnya ada acara di luar kampus. Yang aku ceritain jadi koordinator divisi dekorasi itu loh, kamu kan sering banget jemput aku pulang pas habis rapat terus kita makan disini deh. Masih inget kan?!”
Julian mengangguk sekilas, ia sama sekali nggak memesan makanan apapun sementara aku sudah mulai menyuap nasi. Aku lapar banget loh, jadi ya tatapan penuh rasa penasaran kenapa ada cewek ubi jalar yang penampilannya abstrak kaya aku gini bisa makan bareng sama cogan hanya bisa kuacuhkan. Dulu, pas awal-awal aku pacaran sama Julian aku juga sempat insecure lho. Maksudku gini, aku tuh bukan kriteria cewek pada umumnya yang bisa bikin cowok-cowok menengokkan kepalanya.
Aku pendek banget. Tinggiku cuma 145 cm dan itu kebanting jauh sama Julian yang tingginya 180 cm. Kulitku nggak putih tapi kuning langsat namun ya tetap kebanting sama Julian yang kulitnya putih licin kaya porselen. Kacamata minusku tebel banget karena kebiasanku yang nggak sehat lihat gawai dekat-dekat dan doyan banget main internet sedari dini, beda banget sama Julian yang matanya sehat abis padahal dia anak TI lho. Oleh karena itu, pas dia bilang suka denganku aku malah menghindar sejauh mungkin.
Kaya ngga mungkin gitu ada cowok bening bisa suka denganku. Sampai akhirnya dia bilang kalau dia suka semuanya tentang aku. Dia bahkan nyanyi lagi All of Me –nya John Legend pas acara festival UKM Music dan kami jadian malam itu. Iya deh, aku ngaku. Aku juga jatuh cinta sama dia, cuma denial aja. Kaya tadi aku bilang, aku insecure parah sama fisikku yang selalu kebanting sama dia.