Hari Kebalikan

Wina Anggraeni
Chapter #2

Dua Payung Kuning

Kala itu di hari pertama masa orientasi siswa di salah satu SMP negeri. 

"Namaku Ana. Nama kamu siapa?" Ana mengulurkan tangan pada seorang gadis di sampingnya.

"Aku Mutiara. Panggil aja Muti" jawab gadis itu seraya menjabat tangan Ana.

"Kamu kelihatannya baik. Mulai hari ini kamu jadi sahabatku, ya?" demi mendengar itu, Muti terbelalak. Kini mata belonya seperti akan melompat keluar dari tempatnya. Segera Muti menggeleng dan menggerakkan tangannya tanda menolak permintaan Ana yang tiba-tiba itu.

"Udah.. gak usah nolak. Kamu gak harus ngapa-ngapain kok. Cukup akui aja kalo aku ini sahabat kamu," sergah Ana dengan kalimat bernada pemaksaan. Akhirnya Muti mengangguk pelan tanpa ekspresi. Bingung. Sementara Ana kegirangan karena untuk kali pertama ia punya seorang sahabat.

Sejak saat itu, Ana terus nempel pada Muti. Ana tak henti-hentinya mengajak Muti berbicara sepanjang agenda hari itu. Mulai dari acara pengenalan gedung sekolah, makan bersama, sesi ngobrol dengan panitia OSIS, hingga agenda terakhir yaitu penyematan tanda siswa baru yang dilakukan di lapangan di bawah terik matahari yang sebentar lagi akan segera dimulai. Semua peserta dan panitia OSIS berbaris. Ana sengaja mengambil tempat di sebelah Muti, karena ada hal penting yang akan ia sampaikan.

"Aku punya rahasia. Kamu mau tahu?" alih-alih antusias dengan pertanyaan Ana, Muti hanya melirik sedetik, menggeleng, lalu kembali meluruskan pandangan.

"Aku punya trik khusus biar segala yang aku inginkan tercapai," kata Ana lagi. Muti masih tidak tertarik.

"Kamu bisa lolos seleksi dan masuk sekolah ini karena belajar atau karena ikut bimbel? oh kalau aku bukan. Tapi karena trik khusus ini!" Ana masih betah mengoceh. Kali ini Muti mulai menatap sinis. Tapi Ana tidak menyerah.

"Oke, kayaknya kamu bukan tipe orang yang gampang percaya sama orang lain. Sini aku jelasin. Aku pake trik khusus ini biar dapet nilai seleksi tertinggi. Dan aku yakin itu bakal terwujud! sebagaimana trik khusus aku ini bisa bikin aku lolos seleksi dan akhirnya masuk sekolah favorit ini," papar Ana. Muti mengernyit.

"Udah ya, kita gak usah sahabatan. Kayaknya kamu orang aneh," celetuk Muti yang malah membuat Ana cekikikan. Tiba-tiba pengeras suara berdengung cukup keras membuat semua orang tidak hanyay terganggu tapi juga mulai mencari sumber suara.

"Cek.. cek.. ya, acara selanjutnya adalah pengumuman perolehan nilai seleksi tertinggi sekaligus penyematan tanda siswa baru. Jadi, yang akan saya panggil adalah mereka yang memperoleh nilai nilai tertinggi. Ada dua orang, satu orang putra satu orang putri. Bagi yang namanya dipanggil, silakan maju ke depan. Pertama, peraih nilai seleksi tertinggi kategori putra diraih oleh Andri Putranto dengan rata-rata nilai 92!" Suara pembawa acara begitu menggelegar disambut tepuk tangan meriah. Seorang anak laki-laki bertubuh tinggi besar maju ke depan dengan penuh percaya diri.

"Selanjutnya, peraih nilai seleksi tertinggi kategori putri diraih oleh Ana dengan nilai rata-rata 95!" tepuk tangan kian meriah. Muti melongo menatap Ana yang berjalan ke depan mendekati tempat Andri berdiri. Keduanya dipasangkan selempang oleh guru, berfoto dengan kepala sekolah dan sekali lagi menerima tepuk tangan. Lalu Ana dan Andri kembali ke tempat semula.

Lihat selengkapnya