Hari Kebalikan

Wina Anggraeni
Chapter #3

Takdir di Lobi Kantor

​Hari yang ditunggu pun akhirnya tiba. Setelah kurang lebih dua pekan kabar simpang siur tentang acara kontroversial itu menyebar, akhirnya Giveaway Pesangon resmi digelar hari ini di aula kantor. Tak pelak hal itu mengundang kehebohan dari berbagai pihak. Tak sedikit yang awalnya menyangsikan acara gila itu akhirnya hanya diam menerima kenyataan. Acara belum dimulai, tapi suasana di dalam aula sudah mulai heboh. Canda dan gelak tawa memenuhi langit-langit aula. Dekorasi yang digunakan tak kalah heboh. Nuansa merah dan emas menghiasi seluruh ruangan. Ada pula sebuah panggung yang dibuat tak begitu tinggi dihias dengan balon-balon yang dibentuk sedemikian rupa, tak lupa dilengkapi tulisan 'Giveaway Pesangon' dengan ukuran besar di tengah panggung menegaskan acara yang sedang digelar hari ini. Tak ketinggalan booth-booth makanan ikut meramaikan dan menambah keseruan acara itu. Sementara para karyawan menempati kursi yang telah ditata di depan panggung oleh panitia.

"Gak kebayang gimana perasaannya di-PHK jalur giveaway." Celetuk Fera membuat Ana dan karyawan lain yang duduk berdekatan dengannya terdiam. Ana yang sekilas tampak tenang, jauh sekali di dasar hatinya terus berkecamuk. Seperti perang batin yang sulit dideskripsikan. Trik hari kebalikan yang sedang ia gunakan memaksa dirinya berpikir untuk tidak ingin terpilih menjadi pemenang giveaway pesangon. Di sisi lain ia tidak bisa menutupi antusiasnya untuk segera berhenti dari perusahaan ini dan memulai karir di perusahaan lain. Namun, di sisi lain ia juga khawatir tak bisa menemukan pekerjaan yang lebih baik di luar sana. Semua pikiran itu terus bergulir silih berganti memenuhi kepala Ana.

Pada pukul 9 tepat acara giveaway pesangon dimulai. Dua orang dari divisi HR didapuk sebagai pembawa acara. Jauh dari suasana formal, acara itu berjalan dengan santai dan ceria bahkan diramaikan dengan permainan, kuis dan pembagian door prize kecil-kecilan. Hingga acara puncaknya adalah pengumuman pemenang giveaway pesangon yang langsung diumumkan oleh manajer HR.

"Ada 10 karyawan yang akan mendapatkan giveaway pesangon ini. Bagi yang namanya disebut, dimohon untuk maju ke atas panggung." Kata sang manajer. Kini semua perhatian terpusat pada wanita paruh baya di atas panggung itu. Lengang. Entah bagaimana suasana ceria yang semula memenuhi ruangan seketika berganti dengan ketegangan yang luar biasa. Entah berapa lembar tisu yang sudah Ana gunakan untuk mengelap dahinya yang basah.

Nama pertama disebutkan. Detik selanjutnya seorang wanita berdiri dan berjalan menuju panggung. Lengang. Nama Kedua disebutkan. Detik selanjutnya seorang pria berdiri dan berjalan menuju panggung.

"Itu kan..." bisik Ana pelan sekali. Fera yang duduk tepat di sebelahnya pun tidak menyadari itu.

​Nama ketiga disebutkan. Detik selanjutnya seorang pria berdiri sejenak, terlihat berpamitan pada teman-temannya yang masih terlihat kaget. Pria itu berjalan ke arah panggung dan bergabung dengan dua orang lainnya. Nama keempat disebutkan. Sebuah tangisan pecah. Seorang wanita yang terlihat tidak muda lagi itu dipeluk beberapa wanita yang lebih muda. Sepertinya wanita tua itu atasan para wanita muda. Tak lama kemudian wanita tua itu juga maju ke atas panggung. Suasana mulai gaduh. Beberapa karyawan mulai saling berpegangan tangan sambil menahan tangis. Nama kelima disebutkan. Tangisan baru pecah. Kini nyaris setengah karyawan yang hadir disana sempurna menitikan air mata. Orang kelima bergabung dengan empat orang yang sudah ada di atas panggung. Begitupun dengan orang keenam, ketujuh, kedelapan, dan kesembilan.

Tidak ada lagi keceriaan yang terpancar dari acara itu. Semua bersedih. Sedih karena akan meninggalkan perusahaan yang telah lama didiami. Sedih karena akan ditinggal teman sejawat. Entah siapa yang harus bertanggung jawab atas kesedihan ini semua. Jika giveaway ini diadakan untuk membuat kebahagiaan, maka hancurlah tujuan itu. Sebelum mengumumkan nama kesepuluh atau 'pemenang' terakhir, pembawa acara tampak berdiskusi dengan seseorang. Hingga sang pembawa acara menyatakan paham dengan apa yang diintruksikan, barulah nama terakhir disebutkan.

Lihat selengkapnya