Hari ini Ana dan Budi resmi menyewa ruko baru dengan lokasi yang lebih strategis dari sebelumnya. Berbekal hasil konsultasi dengan Yoga tempo hari, Ana dan Budi juga telah megantongi nama kafe mereka. Interior, eksterior, hingga pengaturan cahaya telah didesain oleh ahlinya masing-masing. Yoga tidak hanya memberi saran, tapi juga merekomendasikan tempat untuk mendapatkan segala keperluan. Lebih dari itu, karena Yoga yang merekomendasikan, harga yang didapatkan pun sedikit miring sehingga menghemat budget Ana dan Budi yang kali ini terpaksa mengeluarkan modal lagi dalam jumlah yang tidak sedikit.
"Nih, minum dulu," Budi menyodorkan sebotol air mineral dingin pada Ana. Meski agak kaget, Ana berusaha tetap terlihat tenang sembari menerima air minum itu.
"Udah dibukain. Lo gak akan kesusahan bukanya," kata Budi lagi yang lantas meneguk air mineral miliknya. Benar saja, Ana sama sekali tidak kesulitan membuka tutup botolnya.
"Lo pasti capek, ya?" tanya Budi pada orang yang duduk persis di sampingnya.
"Sedikit," timpal Ana singkat. Sejurus kemudian Budi tiba-tiba memalingkan wajah pada Ana. Orang yang dipandang otomatis mendongak menatap Budi yang meskipun dalam posisi duduk tetap lebih tinggi dari Ana. Hari ini Ana dan Budi kesana kemari mengurus beberapa hal. Hari menjelang sore barulah urusan mereka mendekati rampung. Sebelum melanjutkan mengurus hal lain, Ana dan Budi beristirahat di depan sebuah koperasi.
"Semangat terus, ya!" ucap Budi seraya mengusap puncak kepala Ana. Tak pelak Ana merasa begitu salah tingkah hingga tak mampu merespon selain dengan membeku di tempatnya duduk sembari menatap Budi untuk beberapa waktu. Segera Ana memalingkan pandangan sebelum dirinya ketahuan memandangi Budi sejak tadi.
"Besok jadwal interview, ya?" tanya Ana kemudian. Budi hanya mengangguk mengiyakan.