Hari Kebalikan

Wina Anggraeni
Chapter #17

Di Ujung Tanduk

Hari mulai larut malam. Semua orang masih merampungkan pekerjaan yang harus selesai setelah kafe tutup dan sebelum pulang. Putri masih berkutat dengan saldo yang masih selisih lima puluh ribu rupiah. Mencari tahu penyebab dan cara agar saldonya bisa balance dengan uang yang ada di laci. Cahyuni tak kalah sibuk membersihkan setiap meja dan membereskan setiap sudut kafe yang terlihat berantakan. Sementara Udin tengah sibuk membersihkan etalase kukis karena Ana belum kunjung keluar dari ruangan staff dan tidak ada yang berani menegurnya.

"Gue mundur dari kafe ini. Ini hari terakhir gue disini!" Budi yang sejak tadi membersihkan area meracik kopi dibuat terbelalak. Ana menatap tajam pada Budi sambil memegang celemek di tangannya. 

"Loh, gak bisa gitu dong! jangan kira lo bisa seenaknya disini cuma gara-gara lo salah satu owner!" Budi menimpali.

"Bukannya lo ya, yang seenaknya?!" tuduh Ana. 

"Sejak kapan gue seenaknya?!"

"Tadi lo seenaknya nyalahin gue karena kukis habis!" 

"Terus gue harus salahin siapa, Na? kan disini cuma lo yang bisa bikin kukis. Lagian gue gak nyalahin," Budi berusaha membela diri.

"Ah udah lah, gue muak ada disini. Cukup sampai disini perjalanan kafe Cookfee!" kini benar-benar hening. Semua pandangan terpusat pada Ana.

"Silakan, kalo mau pergi, pergi aja!" kata Budi menantang Ana.

"Gue mau bikin kafe baru sendiri. Semua karyawan gue yang bawa! Putri, Udin, Cahyuni, kalian siap-siap pindah tempat kerja!" ungkap Ana sambil berbalik hendak meninggalkan Budi.

"Eh gak bisa ya! mereka ikut gue, lagian mana mau mereka ikut sama owner yang seenaknya sendiri kayak lo!" mendengar perkataan Budi, Ana mulai hilang kepercayaan diri.

"Emang bener, kalian gak mau ikut saya?" Ana bertanya pada ketiga karyawannya. Tak satu pun berani bersuara.

"Mana? terbukti kan mereka gak mungkin mau! mereka maunya ikut gue!" ledek Budi membuat Ana memutar otak untuk tidak kalah dalam debat kali ini.

"Halah, sekarang aja ngomong begini. Waktu interview katanya gak mau nerima Cahyuni karena aneh. Munafik lo!" Budi terdiam tak mampu membalas lagi.

"Nanti saya jemput kalian kalo kafe baru saya sudah jadi! sekarang saya menyatakan mundur dari kafe ini!" pungkas Ana. Lalu semua membiarkan Ana pergi dari kafe begitu saja. Budi pun tak bisa berbuat banyak kali ini. 

Semua pekerjaan selesai tanpa Ana. Saatnya pulang. Namun, Budi satu-satunya yang terlihat tidak berniat pulang lagi. Raut wajahnya mampu menggambarkan betapa kacau isi kepalanya saat ini. Akhirnya Udin memberanikan diri mendekat pada Budi yang sedang termenung di salah satu meja.

Lihat selengkapnya