Malam itu Budi mendatangi sebuah restoran. Sebuah ajakan membawanya ke tempat ini. Segera Budi bergabung di satu meja yang langsung memberinya sambutan hangat.
"Wah apa kabar nih bos kita?" goda Ardi sambil menyalami Budi.
"Aman. Lo pada apa kabar?" Budi balik bertanya.
"Gue aman," balas Ardi.
"Gue juga baik," sahut Nandi yang masih duduk di kursi. Lantas Budi turut duduk di samping Nandi yang bersebrangan langsung dengan Ardi dan menyisakan 1 kursi kosong di sebelah Ardi.
"Kemarin gue lihat story lo sama cewek nih!" celetuk Ardi lagi-lagi menggoda Budi.
"Pacar lah!" cetus Budi membuat Ardi dan Nandi merespon dengan heboh.
"Jadi lo udah serius nih sama yang ini?" tanya Nandi kemudian.
"Kayaknya iya," jawab Budi tak sepenuhnya yakin.
"Kalo masih ragu mending jangan dulu serius lah, Bud. Masa muda cuma sekali, kita main-main aja dulu," ucap Ardi sambil cengengesan.
"Diem lu! Budi udah di jalan yang bener nih, gak usah ngasih pengaruh jelek. Lo kalo masih mau main-main ya silakan aja," ujar Nandi.
"Itu tadi saran aja. Mau dipake boleh, gak dipake juga gak masalah," timpal Ardi masih cengengesan. Budi termenung sesaat.
"Tapi, beneran deh kayaknya gue mau coba serius sama yang ini deh," kata Budi membuat Nandi tertarik membahasnya.
"Kenapa lo bisa kepikiran gitu?" tanya Nandi.
"Sama dia, gue bisa jadi diri sendiri. Sama dia, gue ngerasa bener-bener punya orang yang sayang dan peduli gue banget, sama dia, gue bisa ada di titik yang sekarang ini. Dulu gue takut banget keluar dari zona nyaman. Dari lama gue selalu pengen punya usaha sendiri, tapi selalu terhalang rasa takut. Tapi sama dia, gue bisa lakuin ini semua. Ya walaupun sekarang kafe gue lagi gak begitu bagus penjualannya," jelas Budi agak sedih di akhir kalimatnya.