Sebelum masuk ke resto itu, Ana mencoba menutupi wajahnya agar tidak mudah dikenali Budi. Kacamata hitam dan sebuah topi hasil meminjam dari Muti serta masker wajah sengaja ia kenakan. Lantas Ana memilih meja yang letaknya tidak begitu jauh dari meja Budi. Di meja itu sudah ada Budi dan di atas meja ada sebuah tas wanita yang diduga kuat milik wanita yang Udin maksud. Hati Ana semakin panas.
"Kak, saya mau pasang alat penyadapnya dulu ya," ucap Amanda yang lantas berlalu melakukan tugas utamanya malam ini. Tak berselang lama Amanda sudah kembali membersamai Ana.
"Cepet banget. Kamu pasang dimana?" kata Ana heran.
"Saya minta bantuan waiters disini buat pasang alat itu di bawah meja kak Budi biar gak bikin curiga," jelas Amanda yang mulai memasang mengatur ponselnya agar bisa menerima segala rekaman dari alat penyadap suara yang sudah ia titipkan pada waiters resto itu.
"Ini kak," Amanda menyerahkan sebelah earphone miliknya pada Ana. Nantinya semua suara yang disadap akan terdengar melalui earphone tersebut. Detik berikutnya seorang wanita dengan cardigan merah muda muncul dan duduk di hadapan Budi. Wajah wanita itu selalu tersenyum dan menebarkan aura positif dan membahagiakan siapapun yang melihatnya. Lalu datanglah waiters ke meja Budi dan berpura-pura menjatuhkan sesuatu padahal ia sedang memasang alat penyadap di bawah meja.
"Kamu sering makan di resto ini?" tanya wanita itu membuat Ana yang bisa mendengar itu semua mulai geram dan ingin segera menjambaknya saat itu juga. Beruntung Amanda berhasil menahan Ana.
"Langsung ke intinya aja ya," kata Budi ketus. Wanita itu mengangguk pelan. Kemudian Budi menyerahkan sebuah buku dengan banyak hiasan berbentuk kupu-kupu di sampulnya.