Mesin kasir hari ini tak ada penjaganya. Putri baru mengabarkan bahwa dirinya sakit dan tidak bisa hadir beberapa menit sebelum kafe Cookfee buka. Selama ini Putri tak pernah absen. Sehingga ini kali pertama posisi kasir terpaksa harus digantikan sementara.
"Din, suruh Budi yang di kasir dulu ya! saya harus buat laporan keuangan akhir bulan hari ini. Gak bisa dibesokin," kata Ana sebelum ia masuk ke ruangannya.
"Siap, Kak. Nanti saya sampaikan," jawab Udin sigap. Segera Udin mencari Budi.
"Kak Budi, kata kak Ana bisa gantiin kasir dulu? soalnya Putri gak akan hadir hari ini karena sakit," kata Udin. Orang yang diajak bicara mengerjap.
"Mana bisa! saya kan buat kopi. Saya include aja masih suka keteteran, gimana kalo nggak? udah bilangin biar Ana aja yang di kasir hari ini. Lagian stok kukis kan masih banyak. Dia gak perlu ikut produksi," ucap Budi.
"Tapi, kata kak Ana katanya dia harus bikin laporan keuangan akhir bulan, Kak. Dan katanya gak bisa dibesokin," kata Udin lagi membuat Budi berpikir sejenak.
"Yaudah terserah dia aja lah siapa yang gantiin kasir. Atau gak usah ada yang jaga kasir aja sekalian!" ujar Budi membuat Udin bergetar. Terasa sekali Budi terlihat emosi. Segera Udin kembali menghampiri Ana untuk menyampaikan respon Budi.
"Dia gak mikir apa?! ini kalo laporan keuangan telat bisa kena marah Angga. Balik lagi, Din! suruh dia yang jaga kasir. Mau gak mau, harus mau!" ucap Ana yang tak bisa Udin bantah sedikit pun meski rasa takut sudah berkumpul di ubun-ubun. Usai menyampaikan balasan Ana pada Budi, Udin dibuat ketar-ketir karena Budi tak mengucapkan sepatah kata pun. Pria itu malah terlihat akan menghampiri Ana secara langsung saat itu juga.
"Eh, eh, jangan Kak. Kalo gitu, saya aja deh yang jaga kasir!" Udin berkata dengan penuh ketakutan. Sudah terbayang akan menjadi perang besar jika keduanya bertemu dengan kondisi penuh amarah seperti saat ini.
"Coba saya tanya, kamu bisa gak pake mesin kasir?" Budi menatap Udin dengan intens.
"Nggak, Kak," jawab Udin yang otomatis membuat Budi semakin yakin untuk menghampiri Ana. Kali ini Udin tak mampu menahan Budi. Dan bertemulah kedua owner itu di lorong antara mesin kasir dan ruangan Ana.
"Kamu jaga kasir dulu ya? di kopi selalu keteteran," kata Budi dengan nada lemah lembut.
"Hm," jawab Ana sambil mengangguk dan dengan wajah tanpa senyum. Meski Budi merasa tak nyaman dengan jawaban Ana barusan, tapi Budi mencoba untuk kembali fokus ke pekerjaannya dan menganggap bahwa Ana sedang datang bulan sehingga perasaannya sensitif. Di sisi lain Udin benar-benar baru bisa bernapas lega karena kedua owner tak harus bertengkar dan mengancam keberlangsungan kafe Cookfee. Rasanya hubungan Ana dan Budi menjadi faktor penentu segala hal di kafe ini. Terutama mood Ana yang sering berubah tak tentu terkadang menjadi ancaman tersendiri dan momok menakutkan bagi para karyawan.
"Tumben gak ada perang dulu pagi ini," bisik Cahyuni pada Udin saat menit pertama kafe buka.