Hari Kebalikan

Wina Anggraeni
Chapter #32

Salam dari Kapadokia

Dalam waktu kurang dari 24 jam hashtag #ownertantrum ramai menghiasi berbagai platform sosial media. Tak ada pihak yang membela, semua menghujat habis-habisan. Sudah bermunculan pula video-video parodi yang menirukan Ana yang sedang marah-marah pada pelanggan. Itu semua bukan tiba-tiba terjadi. Melainkan karena ada salah satu pelanggan yang menjadi saksi peristiwa kemarin diam-diam merekam detik-detik kejadian lalu mempostingnya di sosial media pribadinya. Lalu tak disangka video itu viral dengan cepatnya mengalahkan viralnya video Cahyuni tempo hari. Nama kafe Cookfee dan Ana pun muncul ke permukaan.

Sosial media kafe Cookfee dan milik Ana pribadi pun diserang netizen. Tak ada satu pun komentar yang berkata baik, semua berisi umpatan dan makian. Sejak malam saat Ana tahu akan hal itu, ia tak berani menampakkan diri di kafe Cookfee atau pun sekadar keluar rumah. Sudah dua hari ini Ana menutup diri dari siapapun. Bahkan ia menolak untuk bicara dengan orang tua dan Muti sekali pun. Padahal Muti sudah berkali-kali mengunjungi Ana. Begitu juga dengan Budi yang belum bisa bertemu dengan Ana. Hingga di hari ketiga 'melarikan diri', Ana barulah bersedia untuk berbicara dengan ayahnya.

"Ana, papah sudah sering ingatkan ke kamu untuk jangan pernah lari dari masalah. Selama dua hari ini boleh lah dihitung sebagai hari kamu menenangkan diri. Tapi, setelah ini papah harap Ana akan bisa menghadapi semuanya. Konsekuensi dari apa yang sudah dilakukan. Baik atau buruknya harus Ana terima. Lihat, Muti. Dia sehari bisa sampai empat kali datang ke rumah untuk ketemu sama kamu. Budi juga. Sambil ngirim makanan malah. Tapi karena kamu gak mau makan, jadi papah yang makan. Saran papah, kamu mulai membuka diri ya? hadapi. Papah yakin Ana pasti bisa!" kata Anto dengan penuh kelembutan. Ana hanya diam tak berkutik.

"Oh iya, mamah katanya udah whatsapp kamu tapi belum kamu bales juga," ujar Anto lagi. Kali ini Ana bereaksi dengan membuka ponselnya. Bukan hanya dari mamahnya, tapi juga dari ratusan orang yang bahkan sudah lama tidak pernah berkomunikasi pun tiba-tiba mengirim pesan padanya. Namun Ana hanya fokus mencari kontak mamahnya.

Hanya berisi satu pesan. Ketika dibuka rupanya berisi sebuah video berdurasi sekitar satu menit. Pada awal-awal video menampilkan pemandangan Kapadokia yang langitnya dipenuhi dengan balon udara. Lalu video itu menampilkan wajah ibu Ana yang mulai berbicara.

"Ana, sini, liburan. Mamah tahu, kamu bukan orang tempramen yang seperti orang-orang bilang. Selama ini mamah lihat kamu terus kerja. Sekali-sekali liburan, biar happy terus!" kemudian video menampilkan beberapa wanita paruh baya seusia ibunya Ana yang melambaikan tangan sambil berseru ceria. Kemudian video itu pun berakhir.

"Aku mau ke kafe sekarang ya, Pah. Aku mau siap-siap dulu," kata Ana mulali beranjak dari tempat tidurnya. Ayah Ana pun inisiatif untuk keluar dari kamar putrinya. 

Berselang setengah jam Ana sudah siap dan pergi seorang diri dengan vespa kesayangannya. Setiba di kafe, beberapa karyawan yag menyadari kedatangan Ana hanya mampu menatap Ana dari jauh. Tak ada yang berani menegur. Sedangkan pelanggan nyaris tak ada yang menyadari karena Ana datang dengan pakaian gombrang sehingga bentuk tubuhnya tak terlihat jelas. Topi yang menutupi sebagian matanya. Dilengkapi juga dengan masker yang menutupi sebagian besar wajahnya. Hingga ia masuk ke ruangannya dan seseorang memberitahu Budi akan hal ini. Segera Budi menghampiri Ana.

"Sejak kapan kamu dateng? kamu gak apa-apa kan?" tanya Budi di sisa kegirangannya yang tak terkira. Akhirnya ia bisa melihat Ana lagi setelah dua hari bersembunyi.

Lihat selengkapnya