Hari Kebalikan

Wina Anggraeni
Chapter #36

Life After Break Up

Para Cookfee team sempat mendatangi kafe. Menunggu hingga siang hari. Namun, Ana ataupun Budi tak kunjung muncul. Mereka masih berharap pengumuman yang Ana beri tentang kafe Cookfee akan tutup tidaklah serius. Namun, ini nyata. Semakin yakin ketika mereka mendapat transfer gaji bulan berjalan padahal belum waktunya. Ana bilang itu gaji terakhir Cookfee team. Beberapa sampai menangis sedih. Sangat menyayangkan keputusan ini. Namun mereka tak punya kekuatan apapun untuk mengubahnya. Keputusan ini pun menuai kehebohan di media sosial. Banyak netizen yang malah mencibir dan menuding berita ditutupnya kafe Cookfee hanya akal-akalan, gimmick, dan settingan untuk menggaet perhatian pelanggan yang sudah terlanjur beralih ke coffee shop milik Akbar. Lagi-lagi, seliar apapun bola salju pemberitaan tentang ini, Ana dan Budi tak pernah muncul ke permukaan untuk sekadar mengklarifikasi atau meluruskan hal yang sebenarnya.

Satu pekan. Pekan kedua. Nyaris satu bulan kurang sepekan. Hingga genap satu bulan setelah kafe Cookfee ditutup, para Cookfee team masih setia menunggu kabar dari Ana ataupun Budi. Lalu suatu hari tanpa ada tanda apapun, tiba-tiba Ana mengabarkan di chat grup bahwa uang pesangon semua karyawan sudah ditransfer. Semua Cookfee team berterima kasih karena jumlahnya yang mencapai dua digit per orangnya. Namun tidak ada satupun yang mendapat balasan. Ana kembali menghilang. Sepanjang hari Ana hanya mengurung diri di kamar dan selalu menampakkan wajah murung. Entah berapa ratus kali Muti datang untuk melihat keadaan Ana, tapi malah ditolak. Bahkan kedua orang tuanya pun tak berani memaksa Ana untuk cepat-cepat bangkit. Membiarkan Ana menikmati sedihnya mungkin akan jadi obat yang paling manjur nantinya. 

Sementara itu Budi benar-benar menghilang. Bahkan ia tak pernah terlihat beraktivitas di sosial media sekalipun. Pria itu memutuskan untuk 'melarikan diri' dengan cara bepergian kemanapun ia mau tanpa pernah pulang. Beberapa pantai ia sambangi untuk ia pandang sepanjang hari dengan harap kesedihan, kekecewaan, dan penyesalannya dapat terbang terbawa angin dan hanyut dibawa debur ombak. Sudah lebih dari dua bulan ini ia tidak pulang. Dirinya hanya memberi kabar lewat pesan agar orang tuanya tidak khawatir. Hanya kata hatinya lah yang akan membawanya kembali pulang. Karena yang membawa ia ke perjalanan sejauhh ini adalah luka hatinya. Mungkin, mungkin saat luka itu mulai mengering dan tersisa bekasnya Budi baru bisa rela untuk pulang.

Sedangkan para Cookfee team sudah bangkit sejak lama. Bermodalkan uang pesangon dan pengalaman bekerja di kafe Cookfee, kini Putri punya usaha grosir yang dikelola oleh saudara-saudaranya yang kesulitan mendapat pekerjaan. Sedangkan ia sendiri masih bekerja sebagai kasir, tapi kali ini di salah satu brand ternama di Indonesia. Kemudian Cahyuni mulai merintis bisnis nail art impiannya. Saat ini ia masih memiliki seorang karyawan yang membantunya. Dengan nama sebesar Cahyuni, bukan hal sulit untuk membuat bisnisnya ini terkenal. Maka sekarang ini ia sudah punya beberapa pelanggan tetap. 

Lalu Udin memutuskan untuk meneruskan kuliahnya yang sempat tersendat karena masalah ekonomi. Udin pun mengambil beberapa pekerjaan freelance salah satunya sebagai joki skripsi padahal dirinya belum sampai di tahap mengerjakan skripsi karena masih di semester 6. Terakhir yang diketahui kabarnya adalah Amanda. Kini ia menjadi head of content creator di salah satu perusahaan e-commerce multinasional. Pengalaman mengangkat nama kafe Cookfee melalui konten dengan mudah membuatnya diterima di perusahan bergengsi itu. Kini si pengangguran tanpa pengalaman organisasi di kampus itu sudah punya karir yang cemerlang.

Waktu terus berjalan hingga kini sudah tiga bulan genap usai peristiwa lamaran gagal itu. Budi mulai terpikir untuk kembali ke rumah. Kini, rindu pada rumah dan orang tuanya lebih besar dari luka yang perlahan-lahan mulai mengecil.

Lihat selengkapnya