Tak berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Ana menghabiskan sebagian besar waktunya di kamar saja. Pada suatu siang, tiba-tiba Ana mendengar potongan percakapan ayahnya di lantai 1 rumahnya entah dengan siapa,
"Terima kasih ya. Nanti Papah sampaikan ke Ana. Tapi yakin gak mau ketemu Ana dulu?" kata Anto dengan nada bicara yang ramah. Setelah itu Ana tak bisa mendengar kelanjutan percakapan itu dengan jelas. Ana lantas keluar dari kamar dan memutuskan untuk menghampiri ayahnya. Saat berjalan di tangga, Ana melihat seseorang mirip Muti yang keluar dari ruang tamu rumahnya. Sontak Ana setengah berlari demi mengejarnya.
"Pah, tadi siapa?" tanya Ana pada ayahnya yang masih berada di ruang tamu menggenggam sebuah paper bag berukuran sedang. Ana melihat isinya tanpa permisi terlebih dulu. Sebuah toples berisi kukis coklat dengan bentuk yang agak berantakan. Tak berpikir dua kali, Ana langsung lari keluar rumah dengan harap ini belum terlambat.
"Muti!" panggil Ana setengah histeris. Muti yang sedang mengenakan helm mendadak menghentikan segala aktivitasnya. Muti terperangah melihat Ana yang berlari menghampiri Muti dan memeluknya dengan erat. Lalu Muti balas memeluk Ana.
"Itu kukis buatan gue tahu. Dimakan ya!" ungkap Muti masih sambil memeluk Ana.
"Apaan sih lu! ngikutin cara gue kalo minta maaf!" protes Ana disambut tawa Muti
"Abisnya gue gak punya nyali untuk ketemu lu langsung," Muti mengakui ketakutannya.
"Lu udah gue maafin, Mut. Yang ada, gue minta maaf ke lu karena kemarin kayaknya gue udah keterlaluan deh sama lo," ucap Ana. Usai diskusi sesaat Ana memutuskan untuk ikut Muti yang hendak pergi ke toko kue. Menunggu sebentar agar Ana bisa siap-siap, lantas keduanya pergi. Ini kali pertama bagi Ana keluar rumah setelah kafe Cookfee tutup lebih dari 5 bulan lalu. Kemudian keduanya tiba di salah satu toko kue ternama di kota. Muti hendak membeli kue ulang tahun untuk ibunya.
"Gue udah kepikiran mau minta maaf sama Budi. Tapi masih maju mundur. Karena gue gak tahu gimana cara mulainya," kata Ana di depan etalase kue. Muti sedang mengamati isi etalase kue mana kira-kira yang akan ia pilih.
"Tinggal lu chat aja. Ajak ketemu. Bilang maaf setulus mungkin. Akui kesalahan lu. Itu yang paling penting," ucap Muti yang setelah itu berhasil memutuskan kue yang dipilih lalu memesan tulisan untuk ditambahkan di atas kuenya. Lalu staff tokonya meminta Muti untuk menunggu 30 menit hingga kue siap dibawa. Sementara itu Ana dan Muti duduk sambil menikmati cheesecake.