Hari Sabtu, Tantra mengantar Jenika ke sekolah sekaligus menemani dia latihan paskibra buat upacara hari senin nanti.
Prokk! Prokk! Prok!
Langkah tegap pasukan pengibar bendera dimana Jenika bertugas membawa bendera merah putih didampingi dua teman cowoknya. Bola mata Tantra tak berpaling dari pancaran wajahnya yang manis. Keringat yang hinggap di keningnya menciptakan rasa bahagia Tantra. “Keringatnya aja bikin pangling. Apalagi jika tahu semua isi dirinya. Melayang aku.” Tak hanya Jenika yang punya pikiran kotor, Tantra sendiri pun demikian. Makanya mereka pantas berjodoh.
Dua jam kemudian latihan selesai. Tantra segera mengajak Jenika pulang untuk istirahat dan makan siang karena Ibu Hesti sudah masak. “Gimana latihannya ?" tegur Tantra sembari menuntun Jenika ke parkiran sekolah.
“Sudah terbiasa. Jadi gak banyak kesalahan. Hehehe,” balasnya. Tantra mengucek rambut panjangnya, meledek sekaligus memuji kehebatan sang kekasih. Setiba di rumah, Jenika lekas membersihkan dirinya yang bau keringat sedangkan Tantra membantu ibunya mempersiapkan makanan.