Minggu, pukul enam pagi. Jenika dengan kaus bahan dan hotpants yang lumayan ketat serta sepatu olahraganya menandakan ia siap jogging mengelilingi kompleks Tantra yang lumayan luas. Satu kali dayung dua, tiga pulau terlampaui. Ini kesempatan Tantra selain ikut olahraga bareng Tantra dan Jenika mau ngapel di kafe resto yang biasa dikunjungi selepas sekolah. " Hey Beb,” sapa Tantra ke Jenika yang sedang pemanasan. "Iya sayang. Udah siap?” Tantra mengganguk senang.
Ish..
Sialnya ada benalu yang merusak kencan mereka. Septiana hadir dengan alasan mau jogging juga. Bahkan ia sudah lengkap dengan pakaian olahraga. Dahi Tantra mengerut, Jenika menepuk pelan jidatnya yang tertutup beberapa helai rambut. "Duh. Kamu ngapain sih ikut kita. Kamu mending belajar sana buat UAS,” tegur Tantra tak terima. Jenika hanya tersenyum padahal batinnya manyun. "Ih, aku mau ikut juga kali,” bantah Septiana membuang muka.
Tak lama Ibu Hesti datang merelai pertengkaran adik kakak yang kembali terjadi.
"Kalian kenapa sih ?” Tantra menjelaskan dengan ekspresi ngambek. Kini Ibu Hesti membela Tantra namun pernyataan singkat Septiana membuat suasana semakin gaduh.
“Bu. Jenika sama Tantra mau mesum di belakang taman.”
Batin Tantra dan Jenika gak karuan. Wah, fitnah lebih kejam dari fitri. Tantra membantah. "Apaan sih Dek. Bohong Bu."
Jenika pun demikian. "Benar Bu. Kita hanya mau olahraga.”
Ibu Hesti menggelengkan kepala. Bukan karena ungkapan Septiana barusan tapi pusing meladeni mereka bertiga. Untungnya Bapak datang merelai kericuhan kocak tiga manusia koplak. "Duh, ada apa sih kalian. Ribut di depan rumah.”