07 : 12 a.m
“Tantra. Kamu liat waktu di jam saya. Setengah jam lebih kamu telat. Semalam ngapain. Jagain lilin hah ?” bentak guru BK menghukum Tantra di tengah lapangan yang terik matahari. Tantra menunduk malu. Bukan karena diomeli guru BK tapi takut dilihat murid-murid lain dari berbagai sudut . Lebih takut lagi kalo sampai Shena melihat.
“Ta, ganteng boleh tapi bodoh jangan. Duh, lama-lama saya juga capek sama sikap kamu yang begini-begini aja. Malu sama Jenika juga Shena. Dia teladan yang patut kamu turuti,” ocehnya membanding-bandingkan.
"Bu, maaf saya telat.”
Teriak seorang perempuan membuat guru BK melongo kaku. Shena datang menyusul menghampiri omelan dan hukuman yang pasti akan dilayangkan juga seperti Tantra.
"Shena. Apa-apaan kamu terlambat.” Bu BK syok gak kepalang menyaksikan murid teladan yang ternyata bisa nakal. Shena menunduk menyaksikan omelan guru bawel ini di samping Tantra.
“Aduh, saya makin stress. Ya sudah, kalian berdua berdiri di sini sampai jam pelajaran kedua dimulai. Dengar itu,” kata Bu BK lalu pergi. Masyarakat sekolah yang menggilai Shena juga kaget tak menyangka.
Satu jam kemudian. Wajah lesu memihak Shena. Tantra menatapnya dengan serius karena takut Shena sakit. Benar saja, Shena mendadak jongkok menenggelamkan wajahnya dialas rok abu-abunya. Tak tega, Tantra berinisiatif berdiri di depan Shena, menghalang terik sinar pagi yang sedari tadi menyerang wajah cantiknya.
Shena menegur aksi Tantra. "Ta, ngapain ?” Tantra membalasnya dengan santai. "Melindungi murid teladan yang hari ini apes.” Shena hanya tertawa kecil menanggapi leluconnya.
“Persetan murid teladan,” bantah Shena tak terima.
“Kenapa?”