Hari Kebangkitan Mantan

Rizky Brawijaya
Chapter #14

Kecoa Terbang

Besoknya Tantra menjemput Shena namun saat tiba sang pacar mengirim pesan singkat yang mengatakan kalo Shena sudah tiba di sekolah. Tantra langsung memutar balik motornya ke arah sekolah.

Setiba di kelas kedapatan tiga temannya dimana Stevan dan Jimmy sedang asyik makan lalu perlahan jalan ke arah tempat duduknya sekaligus melihat Shena sedang merebah miringkan kepalanya di atas meja dengan mata terpejam. Tantra berusaha duduk dengan hati-hati tapi sebelum pantatnya mengenai kursi mata Shena terbuka menatap kekasihnya dengan serius. Shena membangunkan kepalanya juga dirinya lalu berusaha pergi meninggalkan kelas.

"Mau ke mana ?” tegur

Shena menoleh lalu mengatakan dengan nada lesu. "Kantin.”

Tantra memperhatikan langkah pelannya hingga dia berhenti disisi kanan daun pintu kelas lalu jatuh pingsan. Kejadian itu sontak menggemparkan orang-orang yang ada di kelas tak terkecuali Tantra. "Shena!”

Tantra menggendong tubuh Shena lalu membawanya ke UKS. Tindakannya mencuri perhatian banyak orang membuat cemburu para penggemar Tantra dan pengagum Shena. Setiba di UKS dibantu dua petugas PMR yang sedang tugas segera Tantra merebahkan tubuh Shena yang mungil ke atas ranjang. Tantra mundur beberapa langkah membiarkan orang-orang dari ekskul palang merah memeriksa tubuh Shena dengan saksama.

Tantra stres. Khawatir terhadap kondisinya. Bulak-balik sampai kedua sahabatnya datang menyusul. Stevan membuka suara dengan bertanya mengenai kondisi Shena. Tantra menjabarkan dengan suara tergesa-gesa. Stevan mengelus pundak Tantra bertujuan menenangkan hatinya.

Setengah jam kemudian kedua mata Shena terbuka perlahan. Diselimuti kebingungan akan pandangannya terhadap langit-langit ruangan yang sekilas nampak asing. "Ta?” Dua kata pertama yang Shena ucap. Memanggil sekaligus minta penjelasan keberadaannya sekarang. Tantra mendengar lalu bergegas membangunkan diri menghampiri sang kekasih yang sedang tidak sehat sedangkan Stevan dan Jimmy kembali ke kelas mengikuti jam mapel yang pertama. “Shena, kamu ga apa-apa ‘kan?”

Shena diam. Matanya fokus menatap wajah tampannya Tantra hingga beberapa puluh detik kemudian Shena membuka suara dengan pertanyaan. “Kamu masih suka sama Jenika?” Tantra kaget, merasa dituduh.

“Enggak!” hentak Tantra menggeleng kencang.

“Kenapa Jenika masih menyukai kamu? Kamu masih kasih harapan?” Shena masih kurang puas dengan jawaban itu.

“Mengikat silaturahmi pertemanan sama mantan bukan berarti masih menaruh harapan. Aku tidak suka hanya gegara cinta semuanya jadi ikutan runyam. Orangtuanya Jenika sudah kenal aku. Bahkan mamanya akrab sama adik aku. Aku cuma belajar mendewasakan diri dengan tidak menjadi anak kecil dalam menghadapi permasalahan hati.”

Lihat selengkapnya