Hari Kebangkitan Mantan

Rizky Brawijaya
Chapter #18

Turun Gunung

Orang tua Jenika panik. Beberapa jam setelah ditelepon sekolah, Mama dan papanya terpaksa harus izin dari kantor dan bertemu kepala sekolah.

“Anak ibu kemarin tidak sekolah. Kata teman sekamarnya ia sakit terus lebih suka menangis sendirian di kamar. Tidak seperti biasanya padahal dia suka kumpul sama teman asrama lainnya. Kata Miss Nelma. Jenika tidak memberitahu alasan jelas kenapa dia bersikap begitu.” ringkasnya

“Apa dia tidak nyaman di sana Pak. Biasanya kalo anak begitu dia gak bakal jujur Pak. Duh gimana Ayah ?” Mamanya Jenika khawatir luar biasa. Menatap sang suami yang juga khawatir.

“Lingkungan dan pergaulan di sana baik. Miss Nelma ngasih tahu bukan di sana penyebab hidupnya Jenika gak nyaman. Saya bingung juga si Bu, Pak. Makanya saya masih pelajari masalah ini,” jelas kepala sekolah

“Tapi hari ini dia sekolah ?” tanya papanya.

“Miss bilang dia sekolah.”

Mamanya mengelus dada kalo anaknya sudah bisa beraktivitas lagi

Jam istirahat sekolah berbunyi. Orang tuanya Jenika memutuskan makan siang dahulu di kantin kemudian tak sengaja bertemu Shena, Tantra, Jimmy dan Stevan. Mereka kembali menyapa sopan. Mamanya mengajak mereka makan bersama.

Setelah semuanya selesai makan mamanya Jenika membuka obrolan dengan bertanya. “Kalian masih suka kontakkan gak sama Jenika.”

Tantra menjawab duluan. “Saya masih Tante. Seminggu yang lalu terakhir saya telepon sama Jenika.

Shena memandang wajah Tantra sedikit kaget. Dia tak menyangka masih berhubungan sama Jenika. Stevan dan Jimmy menimpali dengan jawaban yang senada. “Saya gak.”

Mamanya menatap Shena. Dia yang sadar ditatap menggeleng kepala kuat.

Mamanya to the point menjelaskan kasus Jenika. Mereka bertanya-tanya dan membuat teman-teman khawatir terutama Tantra. ”Jenika punya masalah kali Bu. Masalah lama mungkin,” tutur Jimmy. Mamanya mengangguk.

“Kayaknya kita harus ke sana deh Mah. Khawatir aku,” tutur Papa tiba-tiba. Mama mengangguk setuju


Shena dan Tantra diskusi soal Jenika. Sebenarnya Shena paling malas tapi dia juga punya rasa kasihan sama rivalnya itu. Mereka mengira-ngira apa penyebab Jenika jadi orang aneh. “Ta. Apa jangan-jangan pas aku sama dia berantem di IG waktu itu kali yah ?" tanya Shena.

Tantra menelaah kata-kata Shena. ”Enggaklah. Buktinya aku telepon besoknya. Dia baik-baik aja kok.” Shena mendadak cemburu. Bibirnya manyun, wajahnya ditekuk. “Kamu masih suka teleponan sama dia?”

“Gak sering. Kamu cemburu ?” tuduh Tantra.

“Iya.”

“Syukurlah.”

“Kok gitu Ta ?”

“Berarti kamu juga normal.”

Shena menepuk pundak Tantra. Sontak tawa dari mulutnya keluar lepas.”Ih. Ngikutin. Gak kreatif,” rengek Shena.

Lihat selengkapnya