Hari Kebangkitan Mantan

Rizky Brawijaya
Chapter #22

Oppenheimer

Jenika semangat sekolah. Dia begitu antusias membacakan pidato bahasa inggris di depan teman sekelasnya. Tepukan gemuruh bersorak dari mereka termasuk guru yang mengajarinya. Grace memeluk senang begitu jam pelajaran selesai. Wajah cantik Jenika begitu ceria tak seperti sebelumnya. Dia berusaha melupakan mantan kekasihnya itu. Bukan hanya Grace yang membuat dia senang. Mama lebih perhatian dengan aktif memantau aktivitas anaknya melalui video call hampir setiap waktu. Ia masih khawatir soal hubungannya sama Tantra.

Tiba-tiba alarm reminder Jenika bergetar. Ia merogoh ponsel dari kantong celana. Hari ulang tahun Tantra. Hatinya mendadak bingung. Antara senang dan sedih, yang mana yang harus dia rasakan. Namun ia berusaha positif dan akan mengucapkan selamat sepulang sekolah.

Sore itu Jenika tak sabar ingin ke asrama. Dia rela meninggalkan Grace yang sedang ke kedai kopi. Setiba di kamar Jenika langsung melempar tas ke atas kasur. Membersihkan wajahnya yang agak berkeringat untuk membuat video ucapan selamat ulang tahun. Tapi sebelum itu dia coba lihat instagram Tantra dengan tujuan kepo.

Dia begitu serius melihat 12 stori Tantra. Mulai dari antusias teman-temannya yang mengucapkan selamat. Ibu Hesti yang mengirimkan foto dia waktu kecil dan stori terakhir membuat Jenika hatinya kembali patah.

Tiga stori terakhir mengambarkan potongan-potongan video Shena sedang memberikan kue ulang tahun lalu Tantra memamerkannya sambil merangkul erat pinggang Shena bahkan yang lebih menyayat hati Tantra mencium pipi Shena dan video itu berakhir.

Air mata Jenika berlinang seketika. Keinginan membuat video ucapan selamat terpaksa ia urungkan. Ia menangis sejadinya-jadinya seorang diri. Tantra itu seperti pisau yang sudah menusuk dalam hatinya. Ia masih belum bisa mencabut itu karena takut merasakan sakit yang lebih luar biasa dari yang ia alami hari ini dan sebelumnya.

Grace datang membuka pintu dibuntuti Miss Nelma.

“Oh My God.”

Grace histeris melihat meja belajar meja Jenika berantakan dan Jenika sedang meringkuk menangis. Demikian Miss Nelma. “Jenika. Kamu kenapa?”

Kata "Tantra" terus terucap dengan lirih. Wajahnya sengaja ia tenggelamkan di benak kedua pahanya. Enggan menatap siapa pun. Miss Nelma terus berusaha menenangkan hatinya tapi nihil hasil hingga dia menelepon orang tua Jenika.

Orangtua Jenika kembali ke Singapura. Perjalanan pesawat begitu cepat sampai mereka tiba di asrama. Mereka mendapatkan Jenika sedang tidur ditemani Grace dan Miss Nelma. Mama sempat menangis dan papanya terlihat stres. Miss Nelma dan Grace menceritakan semua kronologi Jenika.

Butuh dua jam Jenika memejamkan mata hingga ia bingung begitu ada Pa dan Mama duduk disamping-Nya. “Ma, Pa.”

“Jenika.” Mama lirih mengucap nama anak kesayangannya itu. “Apa yang sebenarnya kamu sedang alami nak. Cerita, Mama orangtuamu,” lanjutnya memaksa Jenika jujur. Dia menggelengkan kepala kekeh berbohong sampai Mama menghela nafas.

Lihat selengkapnya