Hati yang kecewa tak bisa dibendung. Rasanya dia ingin cepat-cepat melupakan Tantra tapi tak semudah itu. Dia butuh berhari-hari bahkan berminggu-minggu nantinya. Dia butuh obat. Sangat butuh.
Jenika ingat bahwa masih ada beberapa jam sebelum ia kembali ke Singapura. Terbesit bayang-bayang Jihan dan Desvita dan ekskul paskibra. Dia juga ingin memberi kabar soal pengalamannya belajar di negeri tetangga kepada kepala sekolah.
“Hei Des. Besok gue main yah ke sekolah.” Jenika mengirim pesan singkat.
“Serius! Lo ada di Indo?” kaget Desvita.
“Iya.”
“Oke!”
Esok harinya Jenika tiba di sekolah. Setelah bertemu kepala sekolah dan para guru ya merindukannya langkah kaki Jenika bergerak ke ruangan ekskul paskibra. Tapi di pertengahan jalan dia malah bertemu Tantra seorang diri. Dia sontak menyapa dengan ceria. “Ta.”
Tantra membalas sambil melambaikan tangan. “Hey. Jenika.”
“Darimana?”
“Habis dari toilet. Kamu ada perlu apa ke sekolah.”
“Mau ketemu Desvita sama Jihan.”
“Oh. Mereka akhir-akhir ini sibuk tuh sama ekskulnya. Ke kantin aja jarang.”
Jenika mengangguk senang. Suasana hening sesaat. Mereka saling bingung karena kehabisan bahan. Tiba-tiba Jenika kepikiran soal ulang tahun Tantra dimana ia belum memberi kado. “Ta. Ikut aku yuk. Di kelas belum ada guru kan.”
“Kemana? Guru telat masuk soalnya ada briefing dadakan gitu deh.”
Jenika menarik Tantra ke gang belakang sekolah. Mereka saling berhadap-hadapan dan menatap tajam penuh kebingungan. “Ta. Aku harus jujur,” cetus Jenika.
“Maksudnya,” kata Tantra.
“Selamat ulang tahun Ta. Aku masih mencintaimu.”
Tantra menghela nafas panjang lalu menggeleng tak menyangka. “Terima kasih tapi aku udah tidak mencintai kamu. Aku kan udah bilang kemarin.”
“Kenapa?”
“Karena aku punya Shena.”
Tantra pergi dengan raut wajah kesal namun tangannya ditahan Jenika. “Apalagi.” Tantra memberontak.
Jenika menarik kencang sampai tubuh Tantra berbalik memeluk tubuh Jenika. Pelukan itu berlangsung lama. Embusan nafas Tantra mengalir nyaman di daun telinga Jenika.
TANTRA !!!!!!
Suara Shena menghancurkan momen yang anggap Jenika indah. Tantra menoleh dengan ekspresi terkejut. Hati Shena hancur sehancurnya melihat adegan yang bikin Tantra mati kutu. Meski terlambat Tantra melepas pelukan Jenika kemudian mengejar Shena yang lari terbirit-birit. Shena menahan tangis selama perjalanan menuju kelas sampai-sampai ada seorang yang memantau dari seberang lorong lantai dua. Rama.
Setiba di kelas. Tangis Shena pecah membuat orang-orang di kelas panik terutama Stevan dan Jimmy yang menghampiri dirinya. “Shena. Lo kenapa?”