Hari Kebangkitan Mantan

Rizky Brawijaya
Chapter #24

Jenika Effect

Jenika tiba di asrama. Ia disambut Miss Nelma dan Grace yang sedang menyiapkan hidangan makan sore yang sengaja mereka siapkan untuk menyambut Jenika.

Ini hari yang stres buat seorang Tantra dan ia harus cari hiburan. Dia membuka kaus lalu menatap tubuhnya yang masih seksi di pantulan cermin sebadan. Lemak bawah lengannya mulai terlihat dan beberapa lipatan kecil di kedua sisi pinggang mulai terlihat. Sudah lama Tantra tidak memperhatikan badannya itu.

Dia bersiap-siaplah ke tempat gym langganannya dulu. Mungkin ini cara dia menghilangkan stres. Sayangnya dia lagi tidak nyaman pergi sendirian. Dia butuh teman. Tantra menghubungi Stevan dan Jimmy tapi ia sedang sibuk urusan keluarga masing-masing. Akhirnya ia mengajak Septiana.

“Dek. Ikut yuk?”

“Kemana?” tanya Septiana yang sedang sibuk sosmed-an

“Tempat gym. Olahraga,” jawabnya

Septiana diam, berpikir sebelum memutuskan.

“Ayo deh. Lagian aku juga gak ada tugas. Bentar yah.” ucap Septiana pergi ke kamar untuk bersiap-siap.

Septiana kaget bukan kepalang begitu masuk ke area gym yang ramai orang fitnes. Apalagi melihat Tantra bertemu dengan salah satu temannya yang masih suka berkunjung ke tempat ini. Sekilas Septiana memandang raut wajah sang kakak yang nampak kusut dan lagi menyimpan masalah. Dia berencana mengetahui hal tersebut sepulang kegiatan ini.

Septiana melakukan olahraga raga ringan seperti angkat dumble dengan ukuran semampunya sedangkan Tantra sibuk mengolah ototnya dengan bantuan alat-alat yang besar.

"Semangat banget dia." Septiana mengucap.

Dua jam rasanya cukup bagi mereka mengeluarkan keringat. Kini pendinginan mereka lakukan di kedai teh samping tempat gym. Lagi-lagi ada yang aneh bikin Septiana curiga dimana sang kakak menatap fokus secangkir teh pahit seakan sedang memikirkan sesuatu. Ini waktunya sang adik investigasi.

“Kak? Bengong aja,” tegur Septi halus

Tantra menyadarkan lalu tersenyum ringan. “Gue putus sama Shena.”

“Yah. Sayang banget kak. Aku lihat Kakak kemarin akur-akur aja.” Septiana menyayangkan.

“Gak tahu. Mendadak aja dia berubah.”

Septiana tidak bertanya lagi karena takut membuat Tantra semakin tertekan dan bingung. Menenangkan hatinya dengan sedikit nasihat itu langkah yang tepat. " Udahlah Kak, sesayang-sayangnya Kakak sama Shena bahkan Jenika ujung-ujungnya tempat yang paling hangat dipeluk adalah keluarga.”

Omongan Septiana seketika menusuk benak Tantra. Tidak menyangka sama adiknya yang tak hanya pintar jail tapi juga pintar menasihati. Septiana refleks memegang erat tangan kakaknya yang masih terdiam. “Pulang yuk. Kakak harus istirahat.”

Tantra mengangguk lalu membangunkan diri dari kursi dibarengi Septiana. Tapi begitu mau menaiki motor Septiana tertarik sama hoodie hitam pekat yang Tantra kenakan dan meminjamnya. Tantra melepas hoodie tersebut lalu memakaikan pada sang adik yang senyum kegirangan. “Ini buat lo aja.”

Lihat selengkapnya