Seminggu menjelang UAS. Tantra rajin bulak-balik ke perpustakaan untuk persiapan belajar. Dua sahabatnya bingung dengan bocah tampan yang mendadak rajin itu. Jihan dan Desvita yang sama-sama anak perpustakaan juga demikian sampai-sampai mereka memberi tahu Jenika sekaligus memberi kabar soal ekskulnya yang sukses menarik perhatian banyak anak baru saat LDKS dua hari yang lalu.
Jenika kagum terhadap dua hal itu. Terutama sama mantannya begitu Desvita mengirimkan foto paparazi Tantra yang sedang duduk membaca buku IPS ditemani Jimmy dan Stevan yang sibuk main ponsel.
Jenika memandangi foto dirinya bersama Tantra dilayar ponsel. Ternyata ia masih menyimpan foto lainnya. Baginya melupakan Tantra adalah cobaan yang berat. Dia merindu suasana berdua dan Jenika rindu rumah.
"Tuhan, percepatlah hari. Aku rindu mereka. Jelasnya, aku rindu Tantra."
Ini hari senin yang buruk buat Shena. Dari pagi sampai pulang sekolah Rama tak henti mengganggu dirinya sampai jadi tontonan teman sekelasnya bahkan sebagian masyarakat sekolah. Rama menarik Shena ke belakang sekolah bekas Tantra dan Jenika bertemu waktu itu. Kata maaf dihiasi seribu alasan terus Rama gencar sampai kedua telinga Shena panas. “Maafin aku Na. Aku janji gak bakal ulangi kecerobohan aku.”
Shena melotot geram. Kalimat barusan seperti sebuah kebohongan. “Kecerobohan yang lo sengaja kan? Brengsek emang. Pokoknya gue udah gak mau.”
Rama menunduk tak terima dan mendesak Shena menerima maafnya. “Pokoknya juga aku gak mau tahu. Kamu harus maafin aku.”
“Maksa lo yah jadi manusia. Sampah tahu gak.” Shena emosi.
PLAKKKKKK.