Hari Kebangkitan Mantan

Rizky Brawijaya
Chapter #29

Try It Out

Jam pelajaran ketiga hampir dimulai. Wali kelas sekaligus guru geografi memberi kabar bahwa kelasnya akan menjadi petugas upacara untuk hari senin mendatang. Sontak wali kelas langsung membuka pembentukan petugas. Ia memberi kesempatan pada murid-muridnya untuk berinisiatif tanpa ditunjuk apalagi dipaksa.

Tantra langsung mengacungkan tangan begitu wali kelas mengajukan siapa yang ingin jadi pemimpin upacara. Jenika menoleh begitu dan sigap mengangkat tangan sebagai pengibar bendera. Yah, anak paskibra tanpa ditunjuk sudah pasti ia langsung dipilih wali kelas. Shena tak mau kalah. Ia mengacungkan diri sebagai pembaca undang-undang. Suaranya yang lembut dan bagus membuat ia tak mau kalah memamerkan diri pada Tantra.

Pembentukan petugas selesai. Setelah pulang sekolah mereka bergegas menuju lapangan untuk latihan yang dibimbing oleh ekskul paskibra. Ini akan jadi kesempatan besar buat Jenika karena dia akan lebih banyak waktu melatih Tantra baris-berbaris dan membuat Shena yang hanya berdiri sambil membawa buku undang-undang cemburu lagi hatinya.

“Ta, Langkahnya kurang tegap, lengannya kurang lurus. Kayak gini. Dreppp !” Jenika mengoreksi Tantra yang masih salah melangkah dan kurang tegas. Tantra mengulangi dari awal tapi masih saja melakukan kesalahan yang sama. Jenika memperbaikinya lagi. Ia memegang lalu meluruskan ke depan tangan Tantra yang sedikit ke bawah. Tantra malu-malu menatap Jenika. Untungnya Jenika bisa memaklumi mantannya itu karena ini pertama kali semenjak dua tahun sekolah.

“Maaf yah Je. Aku masih kaku.”

“Gapapa Ta. Sama-sama belajar kok.”

Shena membaca isi undang-undang dengan suara lembutnya meski masih ada kata-kata yang keseleo. Ia diajari Desvita. Sejenak Shena istirahat minum. Kedua matanya tak sengaja melihat Tantra dan Jenika berduaan di tengah lapangan. Batin Shena meradang. Lagi-lagi dia menuduh Jenika cari perhatian. “Pinter banget nyari kesempatan.”


Empat hari Jenika mengajari Tantra menjadi pemimpin upacara yang sempurna. Bagusnya Tantra ada peningkatan selama proses pelatihan. Kini giliran Jenika dan kawan-kawannya berlatih upacara bendera. Tantra duduk fokus menyaksikan Jenika melangkah tegap dan gagah dengan entakkan sepatu sketnya yang terdengar jelas dari tepi lapangan. Tantra tersenyum, ada rasa bahagia terlintas dihati dan pikirannya.

Wajah fokus Jenika saat latihan bikin ia flashback akan waktu kebersamaannya hampir dua tahun yang lalu.

“ Je. Kapan main ke rumah lagi ? Kadang senyuman yang sesekali datang disuasana yang serius itu manisnya dua kali lipat daripada ia sering tersenyum dikala bahagia. Gak tahu kenapa bisa begitu.”

Huss!

Tantra menggeleng sadar. Ia tak berharap Jenika balik ke hatinya. Jelas-jelas ia menolak waktu itu. Mantan hanya bisa ia beri kesempatan untuk kembali jadi teman bukan kembali jadian. Tak berselang lama Shena duduk di samping Tantra tiba-tiba. Ia sempat kaget dan kini terbengong melihat wajah cantik Shena yang begitu dekat.

“Shena. Jangan senyum, aku takut diabetes.”

Lagi-lagi Tantra menggeleng sadar. Ia menganggap Shena sama seperti Jenika. Kenapa dua wanita itu bikin Tantra salah paham sama perasaannya sendiri sampai-sampai Shena mulai kesal karena tawaran air mineral yang ia dari tadi todongkan tidak direspon. “Ta. Bangun. Masih siang.”

“Astaga. Maaf,” ucap Tantra lalu meraih botol air itu. “Makasih.”

Lihat selengkapnya