Hari Kebangkitan Mantan

Rizky Brawijaya
Chapter #30

Losing Us

“Halo Bunda. Aku besok pulang ke Jakarta yah. Aku ambil dua hari libur. Masakin makanan yang enak yah Bun.”

“Serius. Senangnya Bunda. Jam berapa nak biar Shena jemput ke stasiun. Mumpung besok tanggal merah.”

“Aku berangkat subuh. Yah kira-kira jam 10 an Bun.”

“Oh iya-iya. Hati-hati yah Kak saat mau berangkat. Adik kamu kangen berat tuh.”

“ Siap Bun. Aku juga kangen sama Shena. Ya sudah, aku masuk kelas dulu.”

“ Oke.”



Insomnia Jenika kembali kambuh. Bayangan keren Tantra saat jadi petugas upacara tadi pagi menempel erat di pikirannya. “Kenapa sih tuh anak makin hari makin keren. Jadi susah buat ngelupain.” Niat hati ingin video call sama Tantra tapi begitu ingin menekan tombol panggilan mendadak rasa takut datang. Ia belum mempersiapkan topik pembicaraan yang pas dan nyaman. Akhirnya menggaruk kepala kebingungan cara Jenika lampiaskan.

Miller, kakaknya Shena sudah tiba di Stasiun Gambir. Ia bertemu Shena lalu memeluknya penuh rasa rindu. Rasa gembira Shena luapkan sampai meneteskan air mata. Sebelum kuliah keluar kota, Shena dan Miller selalu lengket bahkan orang-orang mengira mereka sepasang kekasih begitu bepergian. Shena penuh semangat mengangkut koper hitam milik sang kakak dan menuntunnya ke luar stasiun.

“Kakak apa kabar ?”

“Alhamdulillah sehat dan bahagia. Kamu bagaimana dek. Ngomong-ngomong disekolah udah punya pacar yah ?”

“Ih, apa sih Kak. Langsung nanyain pacar.”

“Oh gitu . Berarti punya dong.”

“Kemarin-kemarin pernah. Sekarang udah jadi mantan dan teman.”

“Yah, kalo masih jadi pacar Kakak mau ketemu. Apalagi kalo dia suka musik.”

“Bisa kok. Dia juga suka musik. Jago main gitar lagi. Kapan mau ketemu. Besok atau entar sore ?”

“ Wah. Ya sudah sebisa dia aja. Secepatnya sih.”

“ Oke. Oh ya, aku yang bayar taksinya yah Kak.”

“ Gak usah. Kakak aja. Uang kamu beliin Kakak es kopi aja yah.”

“ Hahahaha. Bisa aja. Ya udah”

Kedatangan Miller juga disambut haru rindu Bunda dan Ayah. Memeluk, mencium mesra keningnya hingga sedikit tangis Bunda. Masakan spesial juga sudah mereka siapkan dengan sangat mewah terutama telor balado yang jadi favorit Miller. Mereka bergegas menikmati hidangan tersebut sambil bercerita tentang keseharian Miller selama hidup jauh dari keluarga.

Sesuai janji Shena yang akan menghubungi Tantra untuk bertemu Miller tapi begitu dihubungi yang angkat malah Septiana.

“Kak Shena. Ada apa Kak ?”

“Oh, Septiana. Tantra ada gak ?”

“Kak Tantra lagi ke toko buku Borong komik sama novel. Ada perlu apa Kak ?”

“Oh, enggak. Cuma mau telepon aja.”

“Kangen yah sama Kak Tantra.”

“Iya juga sih.”

“Kalo masih suka ungkapin aja Kak nanti keburu dipepet Kak Jenika loh.”

Shena terdiam. Hatinya berubah takut. Shena belum siap mengungkapkan perasaan lagi tapi ia juga tidak mau berlama-lama memendam. Shena terus interogasi Septiana lebih dalam. “Memang Kak Jenika masih suka teleponan sama Kak Tantra ?”

Lihat selengkapnya